Pesawat kargo yang digunakan oleh kaki tangan militer Argentina untuk menerbangkan para aktivis kiri di atas lautan dan mendorong mereka hingga tewas telah dikembalikan ke negara itu. Rencananya, pesawat itu akan dipamerkan di sebuah museum yang menampilkan kengerian pemerintahan diktator.
Pesawat kargo Skyvan PA-51 yang dibangun di Belfast mendarat di Buenos Aires pada Sabtu (24/6). Kantor berita AFP berhasil mengonfirmasi hal itu setelah melalui sejumlah penyelidikan yang berujung ke Amerika Serikat (AS). Selama satu dekade terakhir, pesawat yang digunakan Argentina dalam “perang kotor” itu, menerbangkan para penerjun payung. Hanya sebagian kecil dari para penerjun itu yang mengetahui sejarah kelam pesawat tersebut.
Sebuah upacara resmi akan digelar pada Senin (26/6) untuk menandai kembalinya pesawat itu di tengah tekanan untuk memamerkannya di Museum Kenangan yang didedikasikan untuk para korban rezim militer sayap kanan. Rezim itu mengguncang Argentina dari 1976 hingga 1983.
Catatan penerbangan dan dokumentasi lainnya menunjukkan kru militer menerbangkan pesawat itu pada malam 14 Desember 1977.
Di antara para penumpang yang sudah diikat dan dibius adalah tiga anggota Ibu-Ibu Plaza de Mayo, sebuah kelompok yang memprotes penghilangan anak-anak mereka oleh pihak militer. Selain mereka, ada dua biarawati Prancis dan tujuh orang lainnya.
Mereka semua didorong keluar dari pesawat hingga jatuh ke perairan Atlantik.
“Pesawat itu adalah sesuatu yang kelam bagi kami. Namun, menemukan dan mengidentifikasi pesawat itu, kami tidak bisa membiarkannya terus terbang,” kata Mabel Careaga, salah satu promotor pemulangan pesawat yang merupakan milik Dinas Angkatan Laut, kepada AFP.
Careaga adalah putri Esther Ballestrino, yang dibuang ke laut dari pesawat itu bersama pendiri Ibu-Ibu Plaza de Mayo, yaitu Azucena Azucena Villaflor dan Maria Ponce.
“Membayangkan ibu saya di pesawat itu terlalu mengerikan,” kata Careaga.
Careaga bersama Cecilia de Vicenti, putri Villaflor, berharap pesawat itu akan dipamerkan di halaman Sekolah Mekanik Angkatan Laut di Buenos Aires yang menjadi lokasi kamp kematian rahasia. Di kamp itu, ada sekitar 5.000 orang ditahan dan hari ini menjadi Museum Kenangan.
Inisiatif itu mendapat dukungan pemerintah, tapi sejumlah organisasi hak-hak asasi manusia menolaknya karena terlalu mengerikan.
“Pesawat itu menjadi bagian cerita itu, yang menyakitkan tapi harus diceritakan apa adanya,” kata De Vicenti.
Seluruh korban dipilih oleh mantan pelaut, Alfredo Astiz, yang menyusup ke dalam Ibu-Ibu Plaza de Mayo. Dia kini menjalani hukuman penjara seumur hidup.
Sesuatu yang Mengerikan
Jurnalis Miriam Lewin, yang juga penyintas Sekolah Mekanik Angkatan Laut, membantu peluncuran upaya menyisir catatan penerbangan militer untuk mengungkap sejarah “penerbangan maut.”
Premisnya, kata dia, “jika ada ‘penerbangan maut’, pasti ada pesawat-pesawatnya.”
Kelompok itu berhasil menemukan enam pesawat yang disebutkan oleh mantan perwira angkatan laut, Adolfo Scilingo. Scilingo adalah orang pertama yang mengakui keterlibatan dalam “penerbangan maut.” Pada 2005, Scilingo divonis bersalah di Spanyol atas kejahatan kemanusiaan dan sekarang sedang menjalani hukuman penjara selama 30 tahun.
Tiga dari pesawat itu ditemukan di Argentina, tapi tidak bisa diselamatkan.
“Dari tiga pesawat lainnya, yang paling bisa diakses ada di Miami. Lainnya ada di tangah Angkatan Bersenjata Inggris dan yang terakhir di Luxembourg,” kata Lewin.
Pesawat yang ditemukan di Florida adalah Skyvan PA-5 yang terbang pada malam nahas 14 Desember 1977. Pada 2007, pesawat itu digunakan untuk mengirim surat dari Fort Lauderdale ke Bahama.
Pilot komersial dan sutradara film, Enrique Pineyro, mempelajari catatan penerbangan dan menemukan 10 hingga 15 informasi yang mencurigakan. Dia kemudian membawa catatan itu ke jaksa.
“Pesawat itu berukuran panjang enam, tujuh meter. Di pesawat itu, mereka menumpuk tubuh-tubuh yang setengah sadar akibat dibius dengan pentothal,” kata Pineyro kepada AFP.
“Sesuatu yang sangat mengerikan. Ketika anda melihat kotak itu, pesawat itu, anda berkata: ‘Ya Tuhan, ini seperti apa.”
Sekitar 30 ribu orang hilang selama “perang kotor” oleh militer Argentina terhadap pembangkang kiri. Pesawat Skyvan itu melakukan 200 penerbangan malam yang tidak bisa dijelaskan antara 1976 dan 1978, menurut catatan Dinas Angkatan Laut Argentina.
Para pejabat militer berusaha menghancurkan semua jejak korban yang dibawa oleh penerbangan-penerbangan maut itu.
Namun pada malam Desember 1977 itu, angin kencang meniupkan tubuh kelima korban ke pantai.
Para pakar forensik memastikan, para korban menderita patah tulang yang sesuai dengan luka yang ditimbulkan bila jatuh dari tempat yang sangat tinggi. Jenazah-jenazah mereka dimakamkan di pemakaman massal di selatan Buenos Aires, tapi kemudian digali dan diidentifikasi pada 2005. [ft/ah]
Forum