Perhatian dunia tertuju pada dua negara Korea dan pertemuan tingkat tinggi mereka hari Selasa. Ini adalah pertemuan pertama mereka dalam dua tahun. Pembicaraan itu akan difokuskan pada partisipasi Korea Utara dalam Olimpiade Musim Dingin bulan depan di Korea Selatan. Ada harapan bahwa pertemuan langka di desa perbatasan Panmunjom itu akan menandai terobosan dalam hubungan antar-Korea.
Warga Korea Selatan menyambut pembicaraan dengan para pejabat Korea Utara itu terutama sebagai suatu isyarat bahwa Olimpiade bulan depan tidak akan diwarnai oleh rudal-rudal Korea Utara yang berterbangan di atas Semenanjung Korea.
Go Sung-Nam, penduduk kota Seoul, mengatakan, "Melalui diplomasi olahraga dan pertemuan Korea Selatan dengan Korea Utara di Olimpiade Pyeongchang, kita dapat menjauh satu langkah lagi dari ancaman perang.”
Jemu dengan ketegangan terkait uji coba rudal yang kerap dilakukan Korea Utara, banyak orang di Korea Selatan berharap pembicaraan itu dapat beralih dari olahraga ke program nuklir Korea Utara.
Kang Jong-Tae, penduduk Seoul lainnya, mengemukakan, “Pertama-tama, penting sekali untuk menyelenggarakan Olimpiade Pyeongchang dengan aman. Tetapi menurut saya, meskipun ada situasi internasional yang sulit, pembicaraan ini akan menjadi pemicu untuk memulai pembicaraan mengenai isu-isu nuklir.”
Korea Utara diperkirakan akan mengizinkan sepasang atlet seluncur esnya untuk bertanding di Olimpiade. Seorang pejabat Korea Selatan mengatakan negaranya juga akan mengupayakan diskusi mengenai dimulainya kembali reuni keluarga-keluarga yang terpisah sejak Perang Korea. Sekitar 60 ribu orang lanjut usia Korea Selatan masih berharap dapat bertemu kembali dengan kerabat mereka di Korea Utara.
Kim Yong-Hyun dari Dongguk University, Korea Selatan, menjelaskan, “Sebagian besar pembicaraan akan mengenai Olimpiade Pyeongchang, dan selebihnya mungkin mengenai aspek-aspek kemanusiaan, termasuk isu-isu mengenai keluarga yang terpisah serta membantu anak-anak dan perempuan hamil di Korea Utara.”
Berbicara menjelang pembicaraan, seorang analis Korea Selatan mengatakan Korea Utara ingin memperlihatkan kepada masyarakat internasional bahwa negara itu bukanlah pengacau.
Kim Yong-Hyun dari Dongguk University menambahkan,“Dengan berpartisipasi di Olimpiade, Korea Utara ingin memperlihatkan diri sebagai negara normal kepada dunia dan bahwa Kim Jong-un adalah seorang pemimpin yang normal.”
Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un telah saling melontarkan pernyataan bermusuhan dengan Presiden Amerika Donald Trump, sehingga memicu kekhawatiran mengenai kemungkinan perang nuklir. Tiongkok telah berulangkali mendesak agar kembali ke dialog.
Paus Fransiskus hari Senin (9/1) menyerukan suatu larangan internasional terhadap senjata nuklir yang mengikat secara hukum dan mendesak para diplomat asing agar mendukung setiap upaya untuk berdialog mengenai situasi di semenanjung tersebut.
Para analis menyatakan Korea Utara kemungkinan besar tidak akan menghentikan pembuatan senjata nuklirnya dalam waktu dekat. Trump telah menyambut baik pertemuan antar-Korea, tetapi menyatakan ia tidak akan membiarkan Korea Utara memiliki senjata nuklir. [uh/ab]