Laporan-laporan menyebutkan mereka yang ditangkap termasuk bakal jihadis yang berharap bergabung dalam perang di Timur Tengah dan perekrut mereka.
Media Perancis melaporkan penangkapan sekitar 10 orang terjadi kira-kira pada waktu bersamaan di banyak bagian negara itu. Belum ada pernyataan resmi tentang hal itu.
Tetapi menurut sumber polisi, mereka yang ditahan berusia antara 19 dan 34 tahun, termasuk bakal jihadis serta beberapa orang yang telah pulang dari Suriah, yang dikhawatirkan pihak berwenang mungkin telah bergabung dalam jajaran ISIS dan kelompok radikal lain.
Pengacara seorang tersangka, Thomas Herin Amabile, kepada stasiun TV Perancis mengatakan ia telah berbicara dengan kliennya selama setengah jam, tetapi tidak ada penjelasan mengenai dugaan terhadapnya.
Menurut pihak berwenang, jumlah warga Perancis yang menuju Irak atau Suriah untuk bergabung dengan gerilyawan Islamis melonjak 80 persen sejak Januari. Mereka memperkirakan lebih dari 1.100 terlibat dalam berbagai kelompok jihad.
Secara keseluruhan, sekitar 3.000 orang Eropa telah ikut dalam pemberontakan Islamis itu, dimana Perancis dan Belgia termasuk eksportir Muslim radikal terbesar. Para ahli mengatakan banyak dari mereka berlatar-belakang non-Muslim - seperti Maxime Hauchard, pemuda dari Brittany yang tampak dalam video yang menunjukkan ISIS mengeksekusi tentara Suriah.
Spesialis Islamis Alexandre Del Valle mengatakan, "Ini menarik karena negara-negara berbahasa Perancis, Belgia dan Perancis, adalah negara paling sekuler di Barat. Menurut saya, itu juga menjelaskan mengapa orang-orang radikal bisa menjadi lebih radikal di negara-negara itu karena mereka benar-benar berpendapat, negara itu benar-benar anti-Tuhan dan anti-agama."
Penyelidikan polisi lebih dari setahun lalu mengarah ke penangkapan hari Senin. Menurut mereka, tersangka bertindak sembunyi-sembunyi. Perancis terutama khawatir orang-orang yang pulang dari Suriah dan Irak akan mengobarkan perang di negara itu.