Tautan-tautan Akses

Pengusaha Konstruksi Myanmar Mengklaim Pernah Sogok Suu Kyi


Seorang pengusaha konstruksi Myanmar yang memiliki hubungan dekat dengan penguasa militer mengklaim ia secara pribadi pernah memberi Aung San Suu Kyi lebih dari setengah juta dolar uang tunai. (Foto: AFP)
Seorang pengusaha konstruksi Myanmar yang memiliki hubungan dekat dengan penguasa militer mengklaim ia secara pribadi pernah memberi Aung San Suu Kyi lebih dari setengah juta dolar uang tunai. (Foto: AFP)

Seorang pengusaha konstruksi Myanmar yang memiliki hubungan dekat dengan penguasa militer mengklaim ia secara pribadi pernah memberi Aung San Suu Kyi lebih dari setengah juta dolar uang tunai. Pernyataan itu disampaikan Maung Waik, pengusaha tersebut, dalam sebuah siaran di televisi pemerintah, Kamis (18/3).

Meskipun banyak pihak menilai pernyataan itu tampaknya ditujukan untuk mendiskreditkan pemerintah sipil yang digulingkan, pernyataan tersebut dapat membuka jalan bagi dakwaan yang lebih serius terhadap Suu Kyi, yang telah ditahan sejak kudeta militer 1 Februari.

Militer telah berusaha melibatkan Suu Kyi dalam kasus korupsi, dengan tuduhan pernah diberi emas batangan senilai lebih dari $600 ribu oleh seorang sekutu politiknya. Ia dan Presiden Win Myint sejauh ini telah dituduh menghasut kerusuhan, memiliki walkie-talkie, dan melanggar perintah pandemi yang membatasi pertemuan publik.

Maung Waik, yang sebelumnya pernah dihukum karena terlibat dalam perdagangan narkoba, mengatakan kepada TV pemerintah bahwa ia pernah menyogok Suu Kyi pada sejumlah kesempatan. Sogokan itu, katanya, termasuk $100 ribu yang diberikan kepada Suu Kyi pada 2018 untuk sebuah yayasan amal yang menyandang namanya, $150 ribu pada 2019, $50 ribu pada Februari 2020 dan $250 ribu pada April 2020.

Sementara itu, surat kabar milik pemerintah Global New Light of Myanmar melaporkan, sebuah pengadilan telah mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk duta besar PBB negara itu, Kyaw Moe Tun, atas tuduhan pengkhianatan,

Tuduhan itu merujuk dari pidatonya di markas besar PBB di New York pada 26 Februari, di mana ia mengutuk kudeta militer dan meminta “tindakan sekeras mungkin dari komunitas internasional'' untuk memulihkan demokrasi di negaranya.

Yang juga dituduh melakukan pengkhianatan adalah Mahn Win Khaing Than, pemimpin sipil pemerintah Myanmar yang bersembunyi, kata surat kabar itu. Penjabat wakil presiden dan anggota partai politik Suu Kyi itu, Sabtu lalu, berbicara untuk pertama kalinya sejak kudeta dan bersumpah untuk terus mendukung “revolusi'' yang bertujuan mendongkel militer dari kekuasaan. [ab/uh]

Recommended

XS
SM
MD
LG