Tautan-tautan Akses

Penggunaan Jagung di Indonesia untuk Pakan Ternak Turun


ILUSTRASI - Seorang pekerja memberi makan hewan dengan rumput kering di sebuah toko ternak di Depok, pinggiran Jakarta, 28 Juli 2020. (REUTERS/Ajeng Dinar Ulfiana)
ILUSTRASI - Seorang pekerja memberi makan hewan dengan rumput kering di sebuah toko ternak di Depok, pinggiran Jakarta, 28 Juli 2020. (REUTERS/Ajeng Dinar Ulfiana)

Indonesia, salah satu konsumen unggas terbesar di Asia, menggunakan lebih sedikit jagung dalam ransum pakan ternak karena kekeringan yang disebabkan oleh El Nino mengurangi produksi biji-bijian kuning tersebut, kata seorang pejabat industri, Selasa (5/3).

“Jagung untuk pakan sangat mahal, jadi kami menggantinya dengan gandum yang sebagian besar kami dapatkan dari Laut Hitam dan sebagian dari Australia,” kata Desianto Budi Utomo, Ketua Umum Asosiasi Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT).

“Terjadi kekurangan stok jagung yang besar di pabrik pakan pada tahun 2023. Hal ini dikarenakan stok jagung yang tidak mencukupi untuk industri pakan,” sebutnya.

Pembeli biji-bijian di Indonesia meningkatkan impor gandum berkualitas rendah, karena penurunan produksi jagung tahun lalu menyusul kekeringan parah yang memperketat pasokan pakan ternak di negara tersebut.

FILE - Ribuan ayam di sebuah peternakan di Bogor, 27 Juli 2012. (Foto: Enny Nuraheni/Reuters)
FILE - Ribuan ayam di sebuah peternakan di Bogor, 27 Juli 2012. (Foto: Enny Nuraheni/Reuters)

Proporsi jagung yang digunakan dalam formulasi pakan turun menjadi 38,3 persen pada 2023 dari 45,7 persen pada tahun sebelumnya, katanya.

Selain itu, harga jagung lebih dari 70 persen di atas harga referensi pemerintah, yang kemungkinan akan mendorong kenaikan harga telur dan ayam.

Bulan lalu, Indonesia menugaskan Badan Urusan Logistik (Bulog) untuk mengimpor 500.000 ton jagung untuk memasok pabrik pakan dalam upaya untuk menurunkan harga, meskipun para pedagang mengatakan hal itu tidak mungkin mengurangi pembelian gandum mengingat tingginya harga pakan.

Unggas menyumbang 65 persen sumber protein hewani di Indonesia, kata Desianto. “Kami membutuhkan 16 juta ton jagung untuk pakan, dari mana kami mendapatkannya? Kami membutuhkan bibit yang lebih baik dan mekanisasi pertanian,” katanya. [ab/ns]

Forum

Recommended

XS
SM
MD
LG