Pengadilan Singapura pada Senin (17/2) memvonis pemimpin oposisi Pritam Singh bersalah atas dua tuduhan memberi keterangan palsu di parlemen. Ia dijatuhi denda, tetapi ia tetap bisa mempertahankan kursinya di parlemen dan tetap mengikuti pemilu pada tahun ini.
Singh, Ketua Partai Pekerja (Workers' Party/WP), dikenakan dua denda masing-masing S$7.000 ($5.231), jumlah yang masih di bawah ambang S$10.000 per pelanggaran sebagaimana diatur dalam konstitusi untuk membuat seorang anggota parlemen kehilangan kursinya dan dilarang menduduki jabatan publik selama lima tahun.
Singh, 48 tahun, mengatakan putusan itu mengecewakan dan dia akan mengajukan banding atas keputusan tersebut.
Putusan tersebut berpotensi merusak citra Partai Pekerja menjelang pemilu yang dijadwalkan akan digelar pada November pada tahun ini. Partai itu sebelumnya mencatat keberhasilan pada pemilu 2020 dengan menambah kursi parlemen dari enam menjadi 10, mengalahkan Partai Aksi Rakyat yang berkuasa.
Sejak saat itu, Partai Pekerja mengalami kemunduran akibat pengunduran diri dua anggota parlemen—satu karena memberikan pernyataan palsu di parlemen, dan satu lagi karena terlibat perselingkuhan.
Banyak Kesaksian
Tuduhan terhadap Singh bermula dari dugaan bahwa ia memberikan kesaksian palsu di depan komite parlemen pada 2021 terkait rekan anggota partainya, Raeesah Khan, yang berbohong kepada parlemen.
Singh mengaku telah mendorong Khan untuk mengakui kebohongannya di parlemen. Namun, Hakim Luke Tan menyatakan pada Senin bahwa bukti dan kesaksian saksi justru membuktikan hal yang bertolak belakang.
"Nyonya Khan mengakui kepada pemimpin WP lainnya bahwa ia telah berbohong, namun tidak ada tindak lanjut dari terdakwa," kata Tan di pengadilan. "Hal ini hanya bisa terjadi karena terdakwa mengatakan, dan saya kutip, 'mungkin ini sesuatu yang harus kami bawa hingga ke liang lahat.'"
Partai Aksi Rakyat yang dipimpin Perdana Menteri Lawrence Wong hampir dipastikan akan mendominasi dan meraih kursi terbanyak dalam pemilu mendatang, seperti yang terjadi pada setiap pemilu sejak kemerdekaan 1965. Namun, perolehan suara mereka akan diawasi dengan ketat menyusul salah satu hasil elektoral terburuk yang mereka alami pada 2020.
Wong akan menyampaikan pidato anggaran pada Selasa (18/2), yang diperkirakan akan fokus pada isu biaya hidup, lapangan kerja, dan perumahan, didorong oleh pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat dari yang diperkirakan tahun lalu serta inflasi yang lebih rendah.
Sang pemimpin oposisi, Singh, menyatakan bahwa putusan pengadilan itu tidak akan merusak semangat partainya menjelang pemilu.
"Saya serahkan kepada publik untuk menentukan bagaimana mereka menggunakan hak pilih mereka, dalam apa yang kami di Partai Pekerja yakini sebagai kebutuhan saat ini di Singapura, yaitu evolusi menuju sistem politik yang lebih seimbang," katanya kepada wartawan.
"Kami telah menghadapi berbagai tantangan dalam perjalanan politik kami dan selalu berhasil bertahan. Dalam hal ini pun, kasus ini tidak akan berbeda," kata Singh. [ah/rs]
Forum