JAKARTA —
Komisi Perlindungan Anak Indonesia bersama para pendongeng yang tergabung dalam Gerakan Para Pendongeng untuk Kemanusiaan menggelar kampanye mudik ramah anak.
Sekretaris Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Maria Atfianti menyatakan lembaganya akan melakukan kampanye mudik yang ramah anak dengan memanfaatkan media dongeng di posko-posko mudik yang tersebar di terminal maupun sejumlah titik jalur mudik. Selain sosialisasi, kampanye ini bertujuan untuk menghibur anak yang turut mudik, ujarnya.
Maria mengatakan ada upaya-upaya pemerintah untuk menyiapkan mudik yang lebih aman bagi masyarakat, tetapi pihaknya belum melihat adanya upaya yang maksimal dalam menyiapkan mudik yang ramah bagi anak.
“Kalau mudik itu kan perjalanan panjang, anak-anak ini kan akan cepat lelah. Jangankan anak-anak, orang dewasa saja cepat lelah maka fasilitas kesehatan tentu perlu disediakan. Kemudian juga kalau memang di posko-posko atau tempat pemberhentian bisa dimungkinkan layanan bermain kenapa tidak dibuka,” ujarnya.
“Layanan bermain yang sekedarnyalah supaya anak-anak dapat melepas lelah dengan ceria dan gembira sehingga mereka tidak merasa jenuh, tidak merasa bosan dengan perjalanan yang jauh malah mereka bisa menikmati karena ada kesan-kesan yang menyenangkan selama perjalanan.”
Menurut salah satu pendongeng, Rhesa, dalam melakukan perjalanan mudik, orangtua seringkali kurang memperhatikan keselamatan dan kenyamanan anak dalam proses mudik.
Menurut Rhesa, kampanye ini penting sekali dilakukan karena berdasarkan data yang diperolehnya bahwa jumlah kecelakaan yang terjadi pada saat mudik terus mengalami peningkatan setiap tahunnya.
Menurutnya, pada 2012, angka kecelakaan selama arus mudik dan balik lebaran naik hingga 10,3 persen dibanding 2011. Angka kecelakaan lalu lintas selama mudik lebaran pada tahun lalu mencapai 5.233 kasus. Dari jumlah ini, pengendara sepeda motor yang paling mendominasi hingga mencapai 72 persen kasusnya.
Dalam banyak kasus tersebut kata Rhesa, tentu anak-anaklah yang menjadi korban pertama baik sebagai korban langsung maupun menjadi yatim/piatu karena orangtuanya cacat atau meninggal akibat kecelakaan.
Pihaknya, lanjut Rhesa, juga akan melakukan sosialisasi mudik ramah anak ini di titik-titik pemberangkatan mudik seperti terminal, pelabuhan, posko mudik bersama dan sebagainya. Sosialisasi di tempat-tempat tersebut, tambah Rhesa, akan dilakukan mulai seminggu sebelum lebaran.
“Karena dongeng itu adalah media menyampaikan pesan yang mudah diterima. Kita menyampaikan pesan dengan tidak menggurui, tetapi dengan cerita-cerita yang berkaitan dengan keselamatan pengendara kemudian kenyamanan dalam perjalanan jadi cerita-cerita seperti itu yang kita sampaikan. Mudik yang ramah anak itu adalah mudik yang nyaman, aman dan sehat untuk anak-anak,” ujarnya.
Sementara itu, Ahmad, warga Jakarta yang ditemui VOA mengaku tidak mengetahui apa yang disebut dengan mudik ramah anak. Selama ini lanjutnya ketika mudik tiba yang terpenting ia dan keluarganya bisa sampai ke kampung halamannnya dengan selamat.
“Saya tidak tahu kalau mudik harus ramah anak. Besok pulang kampung saya naik ekonomi AC kalau sekarang kan tidak berdiri sesuai karcis. Yang penting sampai di kampung dengan selamat saja,” ujarnya.
Sekretaris Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Maria Atfianti menyatakan lembaganya akan melakukan kampanye mudik yang ramah anak dengan memanfaatkan media dongeng di posko-posko mudik yang tersebar di terminal maupun sejumlah titik jalur mudik. Selain sosialisasi, kampanye ini bertujuan untuk menghibur anak yang turut mudik, ujarnya.
Maria mengatakan ada upaya-upaya pemerintah untuk menyiapkan mudik yang lebih aman bagi masyarakat, tetapi pihaknya belum melihat adanya upaya yang maksimal dalam menyiapkan mudik yang ramah bagi anak.
“Kalau mudik itu kan perjalanan panjang, anak-anak ini kan akan cepat lelah. Jangankan anak-anak, orang dewasa saja cepat lelah maka fasilitas kesehatan tentu perlu disediakan. Kemudian juga kalau memang di posko-posko atau tempat pemberhentian bisa dimungkinkan layanan bermain kenapa tidak dibuka,” ujarnya.
“Layanan bermain yang sekedarnyalah supaya anak-anak dapat melepas lelah dengan ceria dan gembira sehingga mereka tidak merasa jenuh, tidak merasa bosan dengan perjalanan yang jauh malah mereka bisa menikmati karena ada kesan-kesan yang menyenangkan selama perjalanan.”
Menurut salah satu pendongeng, Rhesa, dalam melakukan perjalanan mudik, orangtua seringkali kurang memperhatikan keselamatan dan kenyamanan anak dalam proses mudik.
Menurut Rhesa, kampanye ini penting sekali dilakukan karena berdasarkan data yang diperolehnya bahwa jumlah kecelakaan yang terjadi pada saat mudik terus mengalami peningkatan setiap tahunnya.
Menurutnya, pada 2012, angka kecelakaan selama arus mudik dan balik lebaran naik hingga 10,3 persen dibanding 2011. Angka kecelakaan lalu lintas selama mudik lebaran pada tahun lalu mencapai 5.233 kasus. Dari jumlah ini, pengendara sepeda motor yang paling mendominasi hingga mencapai 72 persen kasusnya.
Dalam banyak kasus tersebut kata Rhesa, tentu anak-anaklah yang menjadi korban pertama baik sebagai korban langsung maupun menjadi yatim/piatu karena orangtuanya cacat atau meninggal akibat kecelakaan.
Pihaknya, lanjut Rhesa, juga akan melakukan sosialisasi mudik ramah anak ini di titik-titik pemberangkatan mudik seperti terminal, pelabuhan, posko mudik bersama dan sebagainya. Sosialisasi di tempat-tempat tersebut, tambah Rhesa, akan dilakukan mulai seminggu sebelum lebaran.
“Karena dongeng itu adalah media menyampaikan pesan yang mudah diterima. Kita menyampaikan pesan dengan tidak menggurui, tetapi dengan cerita-cerita yang berkaitan dengan keselamatan pengendara kemudian kenyamanan dalam perjalanan jadi cerita-cerita seperti itu yang kita sampaikan. Mudik yang ramah anak itu adalah mudik yang nyaman, aman dan sehat untuk anak-anak,” ujarnya.
Sementara itu, Ahmad, warga Jakarta yang ditemui VOA mengaku tidak mengetahui apa yang disebut dengan mudik ramah anak. Selama ini lanjutnya ketika mudik tiba yang terpenting ia dan keluarganya bisa sampai ke kampung halamannnya dengan selamat.
“Saya tidak tahu kalau mudik harus ramah anak. Besok pulang kampung saya naik ekonomi AC kalau sekarang kan tidak berdiri sesuai karcis. Yang penting sampai di kampung dengan selamat saja,” ujarnya.