Pemimpin oposisi Kamboja yang mengasingkan diri, Sam Rainsy, tiba di Malaysia, Sabtu (9/11). Tapi dia tidak kembali ke Kamboja. Sebelumnya Rainsy telah berjanji akan pulang ke Kamboja pada Sabtu (9/11) dari Prancis untuk memperingati Hari Kemerdekaan Kamboja ke-66.
Rainsy, presiden sementara Partai Penyelamatan Nasional Kamboja (CNRP) yang beroposisi, pernah mengatakan akan kembali untuk memulihkan demokrasi di negara itu. Dia menyerukan para buruh migran Kamboja di Thailand untuk bergabung dengannya menyeberangi perbatasan dari Thailand ke Kamboja. Namun pemerintah Thailand telah mengisyaratkan kecil kemungkinan mengizinkan Rainsey masuk ke Thailand karena mengkhawatirkan "keamanan nasional."
Tak lama setelah pengumumannya, ketegangan meningkat di Kamboja. Banyak pendukung oposisi ditangkap atau ditekan untuk "mengaku" melakukan suatu kejahatan atau mengecam CNRP secara terbuka.
Keamanan pada Sabtu (9/11) diperketat. Ratusan personel keamanan memblokir penyeberangan perbatasan internasional Poipet di perbatasan Thailand, dan hanya mengizinkan orang-orang tertentu. Angkatan darat terlihat di dan sekitar bandara Phnom Penh, dan polisi lalu lintas dilaporkan membawa senapan AK-47 di ibu kota.
Rainsy telah diundang oleh anggota parlemen Malaysia Nurul Izzah Anwar untuk bertemu pada Selasa (12/11) untuk membahas "jalur perkembangan sosial terbaik" bagi Malaysia dan Kamboja, menurut sebuah undangan yang tersebar pada Sabtu (9/11). [vm/ft]