Tautan-tautan Akses

Pemimpin Militan Isnilon Hapilon Tewas di Marawi


Para tentara membagikan gambar Isnilon Hapilon, anggota kelompok ekstremis Abu Sayyaf. Pemerintah AS menjanjikan hadiah 5 juta dolar untuk penangkapan Isnilon di Butig, Lanao del Sur di selatan Filipina, 1 Februari, 2017.
Para tentara membagikan gambar Isnilon Hapilon, anggota kelompok ekstremis Abu Sayyaf. Pemerintah AS menjanjikan hadiah 5 juta dolar untuk penangkapan Isnilon di Butig, Lanao del Sur di selatan Filipina, 1 Februari, 2017.

Dua pemimpin terakhir yang masih hidup dalam peristiwa pengepungan mematikan di Filipina selatan, termasuk salah satunya tersangka teror Asia nomor satu, tewas pada Senin (16/10), dalam baku tembak dengan tentara Filipina, kantor berita Associated Press melaporkan.

Ribuan tentara pemerintah Filipina melakukan penyerangan untuk merebut kembali kantong terakhir kota Marawi yang masih dikuasai oleh militan pendukung ISIS.

Empat pejabat militer dan polisi mengatakan kepada The Associated Press bahwa Isnilon Hapilon, terdaftar di antara tersangka teroris yang paling dicari FBI, dan Omarkhayam Maute tewas dalam baku tembak. Mayat mereka ditemukan Senin di Marawi.

Para pejabat tersebut berbicara tanpa bersedia mengungkap identitas karena mereka tidak diizinkan berbicara kepada publik mengenai perkembangan terakhir di Marawi, pusat peribadatan umat Islam dengan berbagai mesjid di selatan negara mayoritas berpenduduk Katolik Roma. Menteri Pertahanan Lorenzana kemudian memastikan kematian militan tersebut.

"Ya, mereka dipastikan tewas," kata Lorenzana. Dia mengatakan tes DNA akan dilakukan terhadap jenazah dua pemimpin militan yang akan membuka jalan untuk pembayaran hadiah besar dari AS dan Filipina yang ditawarkan untuk mendapatkan kedua tersangka.

Seorang militan Malaysia, Mahmud bin Ahmad yang menggunakan nama samaran perang Abu Handzalah dan rekan dekat Hapilon, belum ditemukan, kata Lorenzana. Dia termasuk di antara militan tersisa yang masih diburu oleh tentara, kata Lorenzana menambahkan.

Departemen Luar Negeri AS telah menawarkan hadiah hingga 5 juta dolar untuk penangkapan Hapilon, yang dituding oleh Washington sebagai pelaku penculikan beberapa warga Amerika. Salah satu korban penculikan dipenggal pada 2001 di provinsi Basilan selatan. Hapilon telah didakwa di Distrik Columbia atas dugaan keterlibatannya dalam tindakan teroris terhadap warga negara AS dan orang asing lainnya.

Para pemimpin militer mengatakan bulan lalu bahwa tiga pemimpin militan yang memulai pengepungan kota tepi danau itupada 23 Mei terbunuh. Namun, dua diantaranya masih hidup memimpin perlawanan terakhir. [aa/fw]

XS
SM
MD
LG