Direktur Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional, Suyanto menyatakan peresmian sekolah bagi anak para Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ini akan dilakukan oleh Menteri Pendidikan Nasional Muhammad Nuh pada bulan Oktober 2010.
Suyanto menjelaskan sekolah di kota Kinabalu yang memiliki daya tampung antara 120 hingga 150 anak ini nantinya akan dijadikan sebagai markas SMP Terbuka yang berada di wilayah perbatasan. Selama ini anak para TKI kurang mendapatkan pendidikan yang layak.
Pemerintah memilih kota Kinabalu untuk mendirikan sekolah untuk anak TKI karena kota ini dianggap paling strategis dibandingkan dengan kota-kota lainnya di wilayah tersebut. Kota Kinabalu merupakan kota di negara bagian Sabah, Malaysia. Kota ini merupakan kawasan perkebunan sawit.
Untuk memenuhi kebutuhan tenaga pengajar, pemerintah telah merekrut guru pegawai negeri sipil melalui formasi Kementrian Pendidikan tahun 2010 dan tidak menggunakan guru kontrak. Sekolah ini juga akan menggunakan kurikulum Indonesia.
“Memakai kurikulum Malaysia tidak ada gunanya. Justru kita mendirikan sekolah itu, supaya kita bisa mendidik anak-anak kita menjadi orang Indonesia,” jelas Suyanto.
Sebelumnya pemerintah juga telah mendirikan sekolah untuk jenjang sekolah dasar di Kinabalu, Malaysia.
Sementara itu Direktur Eksekutif Migrant Care Anis Hidayah menyambut baik rencana pemerintah yang ingin mendirikan sekolah khusus untuk anak para TKI. “Bagus, hanya saja sekarang yang dibutuhkan bagaimana bisa mengakomodasi sekian ribu anak-anak. Jadi, jangan kemudian memprioritaskan menterengnya gedung dan lain sebagainya tapi bagaimana sekolah yang akan dibangun ini bisa mengakomodasi semua anak-anak yang selama ini tidak mendapatkan hak atas pendidikan,” kata Anis.
Selain di Kinabalu, pemerintah juga berencana membangun sekolah khusus anak TKI di wilayah lain namun belum ada keterangan lebih lanjut dan terperinci tentang hal ini.
Berdasarkan data dari KBRI di Kuala Lumpur, Malaysia, jumlah anak para TKI di Malaysia mencapai 24.000 anak.