Pejabat tinggi kontraterorisme Amerika Serikat mengingatkan bahwa ancaman dari kelompok jihadis global kini berkembang pesat, sementara upaya penanggulangannya justru mengalami keterbatasan sumber daya.
Sebastian Gorka, Wakil Asisten Presiden Donald Trump sekaligus Direktur Senior Kontraterorisme, menyatakan pada 11 Februari dalam konferensi di Washington yang digelar oleh American Foreign Policy Council bahwa penilaiannya terhadap ancaman saat ini didasarkan pada beberapa faktor.
"Pertama, kelompok jihadis lebih tersebar secara geografis daripada sebelumnya, dengan jaringan yang meluas di Sahel, Afrika Tengah dan Timur, Timur Tengah, dan Asia Tengah," katanya.
"Misalnya, negara-negara Afrika Barat seperti Benin dan Togo, yang sebelumnya jarang menghadapi ancaman jihad, kini mulai melihat kehadiran kelompok jihad Sunni di wilayah mereka, yang berdampak pada kedaulatan nasional."
Benin dan Togo melaporkan terjadinya serangan oleh al-Qaeda. Kekerasan kelompok militan itu juga meluas ke Niger, Mali, dan Burkina Faso.
Gorka mengatakan kelompok militan semakin mampu dan menggunakan bentuk teknologi baru untuk menjalankan misi mematikan mereka.
Gorka mengatakan bahwa militan "tetap menjadi entitas yang sangat adaptif."
"Jika Anda melihat penggunaan media sosial mereka, terutama aplikasi terenkripsi untuk berkomunikasi, mereka tampak sudah beradaptasi dengan perkembangan teknologi,” ujarnya.
Salah satu janji utama kampanye Trump tahun lalu adalah memperketat keamanan perbatasan dan mendeportasi migran tanpa status hukum. Ia bahkan menandatangani instruksi presiden (inpres) yang menetapkan keadaan darurat nasional di perbatasan. Menurut Gorka, celah di perbatasan justru menguntungkan kelompok militan.
"Aktor jihad global siap memanfaatkan kerentanan keamanan global, terutama fakta bahwa, selama empat tahun, kita tidak memiliki perbatasan selatan," kata Gorka. [ah/ft]
Forum