PBB mendesak pihak berwenang di Republik Demokrasi Kongo (DRC) agar menggali lebih dari 400 jenazah dari kuburan massal dekat Kinshasa untuk menentukan bagaimana orang yang dikubur disana meninggal.
Para pejabat Kongo mengatakan paling sedikit ada 421 jenazah dalam kuburan itu. Mereka mengatakan jenazah tersebut adalah jenazah bayi, janin dan gelandangan.
Tetapi, kepala kantor hak azasi manusia PBB di Kongo, Jose Maria Aranaz, mengatakan penting untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi terhadap mereka.
“Kami menyarankan melakukan penggalian, tetapi terserah pada pihak berwenang untuk mengambil semua langkah untuk menenangkan penduduk dan untuk melawan desas-desus,” katanya.
Oposisi menuduh kuburan itu mungkin memuat jenazah orang yang dibunuh dalam protes anti-pemerintah bulan Januari.
Pihak berwenang Kongo membantahnya dan menolak tuntutanu ntuk memeriksa kembali jenazah tersebut. Mereka mengatakan kuburan massal tidak biasa di Kongo untuk menyediakan ruangan dalam kamar mayat.
Perdana Menteri Augustin Matata Ponyo mengatakan kepada Kantor Berita Perancis bahwa kuburan itu kemungkinan bagian dari apa yang disebutnya “kesalahan administrasi” dalam proses penguburan dan mengatakan “tidak ada yang perlu ditakutkan.”