Tautan-tautan Akses

PBB: Pengungsi Afghanistan di Pakistan Enggan Kembali ke Negaranya


Menurut UNHCR, hampir 75 persen anak-anak pengungsi Afghanistan di Pakistan tidak bersekolah (foto: Dok).
Menurut UNHCR, hampir 75 persen anak-anak pengungsi Afghanistan di Pakistan tidak bersekolah (foto: Dok).

Survei PBB baru-baru ini mendapati, sekitar 80 persen pengungsi Afghanistan di Pakistan tidak mau pulang ke negara mereka yang masih terus dilanda konflik.

Menurut survei PBB, kebanyakan keluarga Afghanistan yang tinggal di Pakistan merasa tidak merasa aman kembali ke Afghanistan. Lainnya menyebutkan kesulitan mencari nafkah dan kurangnya kesempatan untuk hidup layak di negara asal mereka itu.

Menteri urusan Daerah dan Wilayah Perbatasan Pakistan Shaukat Ullah mengakui sulitnya meyakinkan para pengungsi agar mau kembali ke negara mereka setelah lama tinggal di Pakistan.

“Setelah 32 tahun, jika orang harus kembali ke negara kelahirannya seperti Afghanistan, mereka akan berpikir 100 kali,” paparnya.

Sejak Taliban menguasai Afghanistan dalam dekade 1990-an, Pakistan telah menjadi salah satu tempat penampungan pengungsi terbesar di dunia. Sekitar 3,8 juta orang sudah melintasi perbatasan pulang ke Afghanistan.

Komisariat Tinggi PBB urusan Pengungsi (UNHCR) menyediakan ember plastik, sabun, selimut, uang tunai dan tiket pulang sekali jalan bagi mereka yang masih tinggal di Pakistan, dan berhasil mengimbau 72.000 orang lainnya untuk kembali ke Afghanistan tahun ini.

Namun di Pakistan masih terdapat 1,6 juta pengungsi Afghanistan. Wakil UNHCR Neill Wright mengatakan, pihaknya menunggu apa yang akan direncanakan Pakistan atas para pengungsi itu setelah batas waktu 31 Desember 2012.

“Saya tahu pemerintah Pakistan sangat aktif dalam mencari strategi yang akan diterapkan untuk mengatasi masalah pengungsi Afghanistan tahun 2013, dan dalam mendukung kerja sama dengan Afghanistan mengenai kepulangan sukarela. Kami menantikan strategi apa yang akan diambil itu,” paparnya.

Menanggapi keprihatinan bahwa akan ada gelombang pengungsi baru dari Afghanistan setelah pasukan tempur internasional meninggalkan negara itu tahun 2014, Wright mengatakan kemungkinan itu sedang dipikirkan.

“Dalam mengatasi isu ini jelas saya harus berbicara dengan banyak orang, para politisi, orang di Afghanistan, anggota-anggota masyarakat internasional. Tentu saja, ketika kita mempersiapkan berbagai kemungkinan, kita harus memperhitungkan situasi terburuk dan terbaik, dan kita harus bijaksana mencari pemecahan terbaik,” paparnya lagi.

Wright menolak merincinya lebih jauh.

Banyak pengungsi Afghanistan hidup dalam kondisi buruk di Pakistan. Menurut UNHCR, kurang dari 25 persen yang bekerja, dan hampir 75 persen anak-anak Afghanistan tidak bersekolah.
XS
SM
MD
LG