Kemiskinan, perampasan kesempatan, dan penyalahgunaan kekuasaan membuat kawula muda Afrika bergabung dengan kelompok-kelompok ekstremis yang keras, seperti Boko Haram, al-Shabab dan Negara Islam (ISIS), menurut sebuah studi “yang pertama sejenisnya” oleh Program Pengembangan PBB.
Studi dengan laporan 124 halaman yang dilakukan selama periode dua tahun itu didasarkan pada wawancara dengan 495 anggota sukarela organisasi-organisasi ekstremis.
Studi itu mengeksplorasi alasan mengapa orang-orang muda Afrika tertarik pada organisasi yang terlibat dalam aktivitas teroris, dan menyoroti proses rekrutmen, kesalahan persepsi, bahaya yang berkembang dan memberikan rekomendasi untuk menolak pesan-pesan dan rekrutmen ekstremis.
“Laporan tersebut mendapati jalan menuju ekstremisme di Afrika dipermulus oleh perampasan kesempatan,” kata Mohamed Yahya, penulis utama dan Koordinator Program Regional UNDP.
“Kemiskinan, marginalisasi dan keterbelakangan memainkan peran penting dalam konteks Afrika dan oleh karena itu penting bagi para aktor pembangunan untuk terlibat dalam mencari solusi,” tambahnya.
Yahya mengatakan bahwa masyarakat harus menjauh dari obsesi keamanan untuk mencegah ekstremisme dengan kekerasan. Dia mengatakan kepada VOA bahwa “para aktor keamanan jelas memainkan peran penting," namun dua dekade tindakan pengamanan ketat secara terus menerus tidak berhasil menghentikan berkembangnya terorisme.
Yahya menambahkan bahwa akan lebih bermanfaat mengupayakan solusi untuk mencegah orang-orang muda Afrika bergabung dengan kelompok ekstremis, daripada bereaksi terhadap aksi teroris setelah kejadian berlangsung. [lt]