Staf PBB yang dievakuasi itu, termasuk pegawai dari Organisasi Kesehatan Dunia, Organisasi Pendidikan, Sains dan Budaya PBB, dan Komisariat Tinggi PBB Urusan Pengungsi.
Juru bicara PBB Rolando Gomez mengatakan kepada VOA bahwa staf dan keluarga mereka diberi pilihan untuk pergi ke Siprus atau Dubai. Ia mengatakan, “PBB di Siprus melakukan persiapan untuk menerima sejumlah pegawainya dan keluarga mereka yang ditempatkan di Mesir. Mereka akan tinggal di sana sementara waktu. Kami mencarter empat penerbangan yang akan mendarat di bandara Larnaca.”
Pesawat pertama ke Larnaca dari Kairo tiba Kamis tengah hari, meskipun ada permintaan dari Mesir kepada PBB agar mempertahankan keberadaannya di negara itu. Namun, situasi yang semakin memanas mendorong PBB menarik pegawai “yang keberadaannya kurang dibutuhkan”.
Menurut Gomez,"Sejumlah anggota staf PBB tetap berada di Mesir untuk melaksanakan tugas-tugas pokok. Jadi ini bukan evakuasi menyeluruh – hanya pengungsian sejumlah staf yang akan diterima di bandara oleh Pasukan Penjaga Perdamaian PBB di Siprus.”
Dalam perkembangan lain, Amerika mengatakan lebih dari 1.900 warganya telah dievakuasi sejak Senin, dan merencanakan penerbangan tambahan.
Mereka yang telah berhari-hari berada di bandara Kairo dengan ketidakpastian, akhirnya merasa lega ketika berhasil tiba di bandara yang aman seperti di Siprus, dan semua orang punya pengalaman yang berbeda.
Seorang perempuan mengatakan,"Situasinya buruk, khususnya malam hari, tidak aman sama sekali. Saya tidak bisa tidur selama tiga malam.”
Perempuan lainnya mengatakan, “Kami sedang berada di perpustakaan ketika orang-orang datang menyerang, dan akhirnya kami berada di tengah kerusuhan di Iskandariah. Dua hari kemudian situasinya seperti di neraka. Tembakan, pentungan, api dan kebakaran di mana-mana.”
Menurut laporan media sekitar 5.200 penumpang pesawat dari berbagai kebangsaan berada di bandara Kairo hari Kamis, menunggu pesawat komersial atau pesawat yang dicarter pemerintah.
Diperkirakan sekitar 50.000 warga Amerika tinggal dan bekerja di Mesir, kebanyakan menelepon kedutaan besar meminta bantuan agar dapat meninggalkan negeri itu.
Kerusuhan itu juga berdampak buruk pada industri pariwisata, yang menarik lebih dari 10 juta pengunjung setahunnya dan pendapatan sebesar 11 milyar dolar.