JENEWA —
Laporan PBB, “Situasi dan Prospek Ekonomi Dunia Tahun 2013,” menyebutkan ekonomi dunia masih berupaya keras untuk pulih setelah mengalami krisis keuangan global selama lima tahun. Laporan itu memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia akan tetap di bawah tingkat sebelum krisis dalam tahun-tahun mendatang, memperlamban pertumbuhan sektor lapangan kerja.
Laporan itu mengatakan sejumlah negara maju, khususnya di Eropa, masuk ke dalam resesi lebih parah, dan negara-negara yang memiliki utang besar terperosok lebih jauh ke dalam resesi.
Laporan itu mengidentifikasi tiga penyebab utama risiko – krisis zona eruro, risiko fiskal di Amerika, dan kemungkinan lambannya pertumbuhan ekonomi Tiongkok dan negara-negara industri baru.
Ekonom senior Konferensi PBB untuk Perdagangan dan Pembangunan (UNCTAD) Alfredo Calcagno mengatakan, beberapa kebijakan pemulihan ekonomi merupakan bagian masalah itu. “Khususnya apa yang dinilai sebagai pengetatan fiskal yang mempersulit ekonomi. Kebijakan fiskal harus terpusat pada pemulihan pertumbuhan jangka pendek dan mengatasi krisis sektor lapangan kerja. Berupaya untuk melakukan pengetatan fiskal sebagai syarat pemulihan adalah strategi yang keliru,” ujarnya.
Calcagno mengatakan pengetatan fiskal mengakibatkan depresi ekonomi, memerangkap negara masuk ke dalam lingkaran setan. Ia mengatakan tingkat pengangguran yang tinggi, rapuhnya sektor keuangan, risiko utang, pengetatan fiskal, dan pertumbuhan yang lamban mengakibatkan stagnasi dan berisiko menjadikan kondisi lebih buruk.
Negara-negara maju adalah yang paling terimbas oleh lesunya perekonomian. Namun, laporan itu menemukan, kesulitan ekonomi negara-negara kaya merebak ke negara-negara berkembang dan negara-negara industri baru.
Laporan itu mengatakan tingkat permintaan ekspor yang lebih rendah dan meningkatnya ketidakpastian dalam arus modal serta harga komoditi berdampak negatif terhadap ekonomi mereka. Calcagno mengatakan ekonomi negara berkembang melamban, tetapi tidak pada tingkat yang sama. “Contohnya Afrika, tingkat pertumbuhan tidak berubah, tetapi umumnya negara berkembang terimbas oleh lambannya pertumbuhan perdagangan. Volume perdagangan tumbuh 12 persen tahun 2010, enam persen tahun 2011, dan tiga persen tahun ini… dan diperkirakan tidak akan naik tahun 2013,” ujarnya lagi.
Laporan itu mengatakan tantangan terbesar mendatang adalah mengatasi krisis sektor lapangan kerja yang terus berlangsung dan menurunnya prospek pertumbuhan ekonomi, khususnya di negara-negara maju.
Laporan itu mengatakan sejumlah negara maju, khususnya di Eropa, masuk ke dalam resesi lebih parah, dan negara-negara yang memiliki utang besar terperosok lebih jauh ke dalam resesi.
Laporan itu mengidentifikasi tiga penyebab utama risiko – krisis zona eruro, risiko fiskal di Amerika, dan kemungkinan lambannya pertumbuhan ekonomi Tiongkok dan negara-negara industri baru.
Ekonom senior Konferensi PBB untuk Perdagangan dan Pembangunan (UNCTAD) Alfredo Calcagno mengatakan, beberapa kebijakan pemulihan ekonomi merupakan bagian masalah itu. “Khususnya apa yang dinilai sebagai pengetatan fiskal yang mempersulit ekonomi. Kebijakan fiskal harus terpusat pada pemulihan pertumbuhan jangka pendek dan mengatasi krisis sektor lapangan kerja. Berupaya untuk melakukan pengetatan fiskal sebagai syarat pemulihan adalah strategi yang keliru,” ujarnya.
Calcagno mengatakan pengetatan fiskal mengakibatkan depresi ekonomi, memerangkap negara masuk ke dalam lingkaran setan. Ia mengatakan tingkat pengangguran yang tinggi, rapuhnya sektor keuangan, risiko utang, pengetatan fiskal, dan pertumbuhan yang lamban mengakibatkan stagnasi dan berisiko menjadikan kondisi lebih buruk.
Negara-negara maju adalah yang paling terimbas oleh lesunya perekonomian. Namun, laporan itu menemukan, kesulitan ekonomi negara-negara kaya merebak ke negara-negara berkembang dan negara-negara industri baru.
Laporan itu mengatakan tingkat permintaan ekspor yang lebih rendah dan meningkatnya ketidakpastian dalam arus modal serta harga komoditi berdampak negatif terhadap ekonomi mereka. Calcagno mengatakan ekonomi negara berkembang melamban, tetapi tidak pada tingkat yang sama. “Contohnya Afrika, tingkat pertumbuhan tidak berubah, tetapi umumnya negara berkembang terimbas oleh lambannya pertumbuhan perdagangan. Volume perdagangan tumbuh 12 persen tahun 2010, enam persen tahun 2011, dan tiga persen tahun ini… dan diperkirakan tidak akan naik tahun 2013,” ujarnya lagi.
Laporan itu mengatakan tantangan terbesar mendatang adalah mengatasi krisis sektor lapangan kerja yang terus berlangsung dan menurunnya prospek pertumbuhan ekonomi, khususnya di negara-negara maju.