Tautan-tautan Akses

Pawai Tahunan "Pride" di New York Singgung Keputusan MA soal Hak Aborsi


Parade tahunan "Pride" di kota New York hari Minggu (26/6).
Parade tahunan "Pride" di kota New York hari Minggu (26/6).

Pawai tahunan yang menjadi kebanggaan kota New York “Pride” dimulai hari Minggu (26/6) dengan sorak-sorai kerumunan warga, bendera pelangi dan confetti, serta kekhawatiran baru tentang kemungkinan kehilangan kebebasan yang telah diraih lewat aktivisme selama beberapa dekade.

Pawai tahunan di New York, San Francisco, Chicago dan tempat-tempat lain berlangsung hanya dua hari setelah salah seorang hakim yang menyampaikan keputusan Mahkamah Agung yang mencabut perlindungan hak aborsi bagi kaum perempuan, mengisyaratkan bahwa pengadilan tinggi itu juga akan mempertimbangkan kembali hak perkawinan sesama jenis yang diakui pada tahun 2015.

“Kami di sini untuk membuat pernyataan,” ujar Mercedes Sharpe, yang berusia 31 tahun dan melakukan perjalanan ke Manhattan dari Massachusetts. “Saya pikir ini tentang membuat poin, bahwa dibanding tahun-tahun sebelumnya di mana kita biasa merayakannya, pawai kali ini akan lebih menonjol karena banyak orang yang marah, tidak hanya perempuan tetapi juga laki-laki.”

Sekitar Separuh AS Kembali Larang Aborsi Menyusul Pembatalan "Roe v Wade"?
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:02:59 0:00

Ribuan orang — banyak yang mengenakan warna kebanggaan — berbaris di rute parade melalui Manhattan, bersorak saat kendaraan hias dan pawai lewat.

Peringatan yang dikeluarkan Mahkamah Agung itu muncul setahun setelah kekalahan legislatif komunitas LGBTQ, termasuk disahkannya undang-undang untuk membatasi diskusi tentang orientasi seksual atau identitas gender dengan anak-anak di sejumlah negara bagian. Ketika sentimen anti-gay muncul kembali, sebagian orang mendorong agar pawai “Pride” kembali ke akarnya, yaitu lebih sedikit pesta dan lebih banyak pawai hak-hak sipil secara terang-terangan.

“Parade saat ini telah berubah dari pernyataan advokasi dan protes, menjadi lebih dari sekadar perayaan kehidupan gay,” ujar Sean Clarkin, usia 67 tahun, tentang parade tahunan New York. Ia berbicara sambil menikmati minuman di Julius, salah satu bar gay tertua di Greenwich, Manhattan.

Ia mengenang bagaimana pawai “Pride” pada awalnya adalah soal pembangkangan dan dorongan terhadap arus utama yang menindas kaum gay, lesbian, transgender; yang dinilai sebagai orang luar yang tidak layak.

Pawai “Pride” pertama di New York, yang ketika itu disebut sebagai Christopher Street Liberation Day March, dilangsungkan tahun 1970 untuk memperingati pemberontakan Stonewall, yaitu suatu pemberontakan jalanan yang dipicu oleh serangan polisi terhadap sebuah bar bay di Manhattan.

Pawai pertama di San Francisco berlangsung pada tahun 1972 dan sejak itu diadakan setiap tahun, kecuali selama dua tahun terakhir akibat pandemi COVID-19.

Perayaan secara global sepanjang tahun sudah berlangsung di banyak negara, terutama di bulan Juni. Salah satu yang terbesar di dunia, yaitu di Sao Paolo, Brasil, diadakan 19 Juni lalu.

Di Amerika, perayaan tahun ini berlangsung di tengah potensi krisis.

Dalam putusan Mahkamah Agung Jumat lalu (24/6), hakim agung Clarence Thomas mengatakan pengadilan itu sedianya juga mempertimbangkan kembali keputusannya tahun 2015 yang melegalkan perkawinan sesama jenis dan keputusan tahun 2003 yang membatalkan undang-undang yang mengkriminalkan hubungan seks gay.

Lebih dari selusin negara bagian baru-baru ini memberlakukan undang-undang yang bertentangan dengan kepentingan komunitas LGBTQ, termasuk aturan hukum yang melarang penyebutan orientasi seksual dalam kurikulum sekolah di Florida, dan ancaman tuntutan terhadap orang tua yang mengijinkan anak mereka mendapat perawatan yang menegaskan gender di Texas.

Beberapa negara bagian juga telah memberlakukan aturan hukum yang melarang atlet transgender untuk berpartisipasi dalam olahraga yang sesuai dengan jenis kelamin yang mereka identifikasi. [em/jm]

XS
SM
MD
LG