Republik Demokratik Kongo (DRC) telah melancarkan serangan yang sudah lama ditunggu-tunggu terhadap pemberontak Hutu Rwanda yang berbasis di DRC timur.
Sumber-sumber militer Kongo mengatakan operasi terhadap kelompok FDLR – atau Pasukan Demokrasi bagi Pembebasan Rwanda – dimulai Selasa pagi dekat kota Uvira, di Propinsi South Kivu.
Kongo menjanjikan serangan itu setelah FDLR tidak memenuhi tenggat waktu 2 Januari untuk meletakkan senjata.
Para pemimpin FDLR terlibat dalam aksi genosida di Rwanda pada tahun 1994 dan kelompok itu bertanggungjawab atas sejumlah pembunuhan di di wilayah Kongo.
Militer Kongo dilaporkan beroperasi tanpa dukungan dari misi penjaga perdamaian PBB (MONUSCO). MONUSCO diharapkan membantu memerangi FDLR namun membatalkan kerjasamanya setelah pemerintah DRC menolak untuk mengganti dua jenderal yang memimpin operasi tersebut.
PBB menuduh kedua jenderal itu, Bruno Madevu dan Sikabwe Fall, melakukan pelanggaran HAM serius.
Operasi itu adalah bagian dari usaha pemerintah DRC untuk memulihkan ketertiban di propinsi-propinsi yang rusuh di bagian Timur negara itu. Kelompok-kelompok pemberontak domestik dan asing menggunakan kawasan terpencil itu selama bertahun tahun untuk bersembunyi, berusaha mengontrol pertambangan setempat atau untuk melancarkan serangan ke negara-negara tetangga.
Tahun lali, pasukan PBB dan Kongo berhasil membungkam kelompok pemberontak M23, yang sebelumnya menguasai wilayah di propinsi North Kivu.