Nilai euro dan saham-saham di Eropa menguat pada Senin (3/3) setelah para pemimpin di kawasan itu sepakat untuk menyusun rencana perdamaian bagi Ukraina. Sementara itu, saham di Wall Street sedikit melemah menyusul rencana Presiden AS Donald Trump untuk memutuskan tarif impor apa yang akan diterapkan pada Kanada dan Meksiko pada Selasa (4/3) pagi.
Akhir pekan lalu, para pemimpin negara-negara Eropa sepakat untuk menyusun rencana perdamaian yang akan diajukan kepada AS. Keputusan tersebut muncul setelah Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskiy, beradu argumen dengan Trump di Ruang Oval Gedung Putih.
“Ini menjadi kabar baik bagi Eropa karena memperkuat persatuan negara-negara Eropa Barat, termasuk Ukraina. Selain itu, rencana ini juga menunjukkan sikap tegas terhadap Rusia, yang selama ini dianggap ingin mengembalikan kejayaan Uni Soviet lama,” kata Tim Ghriskey, pakar strategi di Ingalls & Snyder, New York.
Pengakuan pihak Eropa bahwa mereka perlu meningkatkan pengeluaran di bidang pertahanan membuat saham perusahaan-perusahaan pembuat senjata Eropa melejit.
Kantor berita Reuters melaporkan bahwa partai-partai yang tengah bernegosiasi membentuk pemerintahan baru di Jerman tengah mempertimbangkan untuk membentuk dana khusus pertahanan.
Sementara itu, data ekonomi AS pada Senin (3/3) menunjukkan bahwa sektor manufaktur tetap stabil selama bulan Februari. Namun, harga bahan baku di pabrik mencapai level tertinggi dalam hampir tiga tahun, dan pengiriman bahan baku menjadi lebih lambat. Hal ini mengindikasikan bahwa tarif impor bisa menghambat produksi di masa depan.
Trump telah berjanji akan memberlakukan tarif 25% pada semua barang impor dari Kanada dan Meksiko, dan tarif 10% khusus untuk produk energi dari Kanada. Para CEO dan ekonom memperingatkan bahwa kebijakan tersebut dapat memperlambat ekonomi Amerika Utara.
Pemberlakuan tarif dijadwalkan mulai berlaku pada Selasa pukul 00:01 pagi waktu Pantai Timur AS, dan telah menambah ketidakpastian bagi para investor.
“Muncul spekulasi tentang apa yang akan dilakukan Trump dengan tarif tersebut. Banyak pihak masih mempertanyakan apakah tarif ini benar-benar akan diterapkan atau tidak,” kata Ghriskey.
Imbal hasil obligasi jangka panjang AS terus menurun setelah data manufaktur terbaru dirilis, dan menjelang tenggat waktu pemberlakuan tarif.
Data pekerjaan AS untuk bulan Januari yang akan dirilis pada Jumat (7/3) juga menjadi fokus perhatian pasar pekan ini. Sementara itu, data ekonomi yang melemah belakangan ini juga meningkatkan ekspektasi bahwa Bank Sentral AS (Federal Reserve) mungkin akan lebih aktif menurunkan suku bunga.
Saat ini, pasar memperkirakan pemotongan suku bunga sebesar 65 basis poin tahun ini, naik dari prediksi sebelumnya yang hanya di bawah 50 bps.
Bank Sentral Eropa (ECB) juga diperkirakan akan memangkas suku bunga saat para pejabatnya bertemu pada Kamis (6/3). Namun, belum ada kepastian mengenai bagaimana pandangan mereka terhadap kebijakan moneter ke depannya, mengingat ketidakpastian kondisi geopolitik saat ini. [br/ab]
Forum