Pasangan Joko “Jokowi” Widodo dan Basuki “Ahok” Tjahaja Purnama unggul dalam penghitungan sementara pemilihan gubernur Jakarta putaran kedua pada Kamis (20/9), atas lawannya, petahana Fauzi Bowo dan kandidat wakilnya Nachrowi Ramli, atau Foke-Nara.
Dari hasil penghitungan cepat (quick count) beberapa lembaga survey, seperti Indo Barometer pada Kamis sore pukul 15.30 WIB, pasangan Jokowi-Ahok unggul 54,11%, sedang Foke-Nara di angka 45,89%. Sementara itu, Komisi Pemilihan Umum DKI Jakarta akan mengumumkan hasil resmi pada 3 Oktober mendatang.
Jumlah warga yang memilih pada putaran kedua ini bertambah 34.603, menjadi 6.996.951 pemilih, menurut catatan KPU DKI Jakarta.
Meski dilanda musibah kebakaran pada Agustus lalu, hampir 2.000 orang warga Karet Tengsin, Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat, tampak antusias mendatangi tempat pemungutan suara yang berada di tengah pemukiman penduduk.
Seperti pada putaran pertama, masalah warga yang tidak bisa memilih dan pemberian sogokan kepada warga masih terjadi.
“Karena orang-orang kebakaran itu kan tinggalnya tidak menentu. Ada yang masih tinggal di sini, ada pula yang ngungsi ke tempat saudaranya di luar wilayah sini. karena rumahnya masih sedang dibangun. Kalau ada himbauan pasti sampai. Ini ada lebih dari 100 orang yang tidak mendapat undangan untuk memilih,” ujar Sumarno, warga Karet Tengsin dan korban kebakaran.
Ia juga mengaku ada pengumpulan warga di kecamatan untuk di berikan sesuatu asalkan memilih calon tertentu.
“Tetap ada meski sembunyi-bunyi, di tingkat RW atau di Kecamatan. Kalau di kecamatan, ibu-ibu diundang untuk mendapatkan pinjaman berdagang sebesar Rp 400.000. Kejadian ini beberapa hari sebelum hari pemilihan,” ungkapnya.
Marhadi, ketua RT 02 RW 07 Kelurahan Karet Tengsin memastikan, meski ada warga yang tidak mendapat undangan untuk memilih, warga tersebut bisa tetap memilih dengan hanya menunjukkan kartu tanda penduduk. Jika kartu hilang atau terbakar, pihak RT dan RW masih memegang fotokopi dari warga yang bersangkutan. Marhadi juga memastikan tidak ada intervensi dari pihak luar yang mengarahkan untuk memilih calon tertentu.
Sementara itu, meski ada isu rasial menyelimuti kampanye pemilihan gubernur Jakarta, warga keturunan Tionghoa di kelurahan Glodok kecamatan Taman Sari Jakarta Barat, tetap memberikan hak suaranya.
Silvia Yesika, ketua Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS)/Tempat Pemungutan Suara (TPS) 2 mengatakan di wilayahnya sejauh ini tidak ada masalah. Bahkan menurutnya, bagi mereka yang tidak terdaftar pada putaran pertama, bisa terdaftar di putaran kedua.
“Waktu putaran pertama tidak semua masuk, kemudian kita data lagi. Jadi kalau yang putaran ke dua ini saya yakin tidak ada yang tidak terdaftar,” ujar Silvia, menambahkan bahwa pemilih di tempatnya mencapai 510 warga.
Untuk kawasan Glodok dan sekitarnya, penjagaan keamanan tidak hanya dilakukan oleh polisi, tapi juga dibantu oleh 100 personel dari Komando Daerah Militer Jakarta Raya di bawah komando polisi. Kepolisian sendiri menurunkan sekitar 3.000 personel untuk pemilihan gubernur ini, termasuk personel dari militer.
Dari hasil penghitungan cepat (quick count) beberapa lembaga survey, seperti Indo Barometer pada Kamis sore pukul 15.30 WIB, pasangan Jokowi-Ahok unggul 54,11%, sedang Foke-Nara di angka 45,89%. Sementara itu, Komisi Pemilihan Umum DKI Jakarta akan mengumumkan hasil resmi pada 3 Oktober mendatang.
Jumlah warga yang memilih pada putaran kedua ini bertambah 34.603, menjadi 6.996.951 pemilih, menurut catatan KPU DKI Jakarta.
Meski dilanda musibah kebakaran pada Agustus lalu, hampir 2.000 orang warga Karet Tengsin, Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat, tampak antusias mendatangi tempat pemungutan suara yang berada di tengah pemukiman penduduk.
Seperti pada putaran pertama, masalah warga yang tidak bisa memilih dan pemberian sogokan kepada warga masih terjadi.
“Karena orang-orang kebakaran itu kan tinggalnya tidak menentu. Ada yang masih tinggal di sini, ada pula yang ngungsi ke tempat saudaranya di luar wilayah sini. karena rumahnya masih sedang dibangun. Kalau ada himbauan pasti sampai. Ini ada lebih dari 100 orang yang tidak mendapat undangan untuk memilih,” ujar Sumarno, warga Karet Tengsin dan korban kebakaran.
Ia juga mengaku ada pengumpulan warga di kecamatan untuk di berikan sesuatu asalkan memilih calon tertentu.
“Tetap ada meski sembunyi-bunyi, di tingkat RW atau di Kecamatan. Kalau di kecamatan, ibu-ibu diundang untuk mendapatkan pinjaman berdagang sebesar Rp 400.000. Kejadian ini beberapa hari sebelum hari pemilihan,” ungkapnya.
Marhadi, ketua RT 02 RW 07 Kelurahan Karet Tengsin memastikan, meski ada warga yang tidak mendapat undangan untuk memilih, warga tersebut bisa tetap memilih dengan hanya menunjukkan kartu tanda penduduk. Jika kartu hilang atau terbakar, pihak RT dan RW masih memegang fotokopi dari warga yang bersangkutan. Marhadi juga memastikan tidak ada intervensi dari pihak luar yang mengarahkan untuk memilih calon tertentu.
Sementara itu, meski ada isu rasial menyelimuti kampanye pemilihan gubernur Jakarta, warga keturunan Tionghoa di kelurahan Glodok kecamatan Taman Sari Jakarta Barat, tetap memberikan hak suaranya.
Silvia Yesika, ketua Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS)/Tempat Pemungutan Suara (TPS) 2 mengatakan di wilayahnya sejauh ini tidak ada masalah. Bahkan menurutnya, bagi mereka yang tidak terdaftar pada putaran pertama, bisa terdaftar di putaran kedua.
“Waktu putaran pertama tidak semua masuk, kemudian kita data lagi. Jadi kalau yang putaran ke dua ini saya yakin tidak ada yang tidak terdaftar,” ujar Silvia, menambahkan bahwa pemilih di tempatnya mencapai 510 warga.
Untuk kawasan Glodok dan sekitarnya, penjagaan keamanan tidak hanya dilakukan oleh polisi, tapi juga dibantu oleh 100 personel dari Komando Daerah Militer Jakarta Raya di bawah komando polisi. Kepolisian sendiri menurunkan sekitar 3.000 personel untuk pemilihan gubernur ini, termasuk personel dari militer.