Para pemimpin Uni Eropa memulai hari kedua pembicaraan mengenai migrasi, Jumat (30/6). Sementara itu Polandia dan Hongaria terus menghambat tercapainya kemajuan setelah mereka kalah suara awal bulan ini dalam rencana berbagi pengungsi yang tiba di Eropa di antara 27 negara anggota blok itu.
Beberapa pemimpin mengatakan bahwa Polandia dan Hongaria tampaknya menghadapi kesulitan sejak bertahun-tahun lalu, sewaktu lebih dari 1 juta migran, kebanyakan adalah pengungsi yang melarikan diri dari Suriah, memasuki Eropa pada 2015 dan memicu salah satu krisis terbesar blok itu. Yang lainnya mengatakan kedua negara itu tidak boleh dibiarkan melanggar aturan Uni Eropa.
Kepada wartawan di markas Uni Eropa di Brussels, PM Estonia Kaja Kallas mengatakan, “Menurut perasaan saya, ada banyak kemarahan dalam perdebatan mengenai migrasi sejak 2015. Jika kita hanya mengatakan ‘tidak’ untuk semuanya dan semua orang berusaha untuk berkompromi, itu sungguh tak akan berhasil.”
PM Slovenia Robert Golob mengatakan bahwa “Hongaria benar-benar bersikukuh” untuk menyingkirkan isu ini sama sekali dari komunike akhir pertemuan puncak itu. “Ini bukan seperti ajakan untuk melakukan dengan cara ini atau itu, tetapi lebih seperti ‘kami tidak menginginkan isu migrasi disebut sama sekali,’” lanjutnya.
Golob mengonfirmasikan bahwa Presiden Dewan Eropa Charles Michel, yang memimpin pertemuan puncak itu, kemungkinan besar akan mengeluarkan pernyataan terpisah para pemimpin yang tidak akan memerlukan persetujuan dari negara-negara anggota.
Sebelumnya bulan ini, negara-negara Uni Eropa melakukan terobosan mengenai reformasi UU suaka, mencapai kesepakatan mengenai rencana berbagi tanggung jawab untuk migran yang memasuki Eropa tanpa izin.
Kesepakatan itu menyeimbangkan kewajiban negara-negara di mana sebagian besar migran tiba untuk memproses dan memberi tempat tinggal sementara dengan kewajiban negara-negara anggota lainnya untuk memberikan bantuan, baik finansial atau dengan menerima pengungsi. Negara-negara yang menolak menerima migran dapat membayar $21.400 per orang sebagai gantinya.
Kesepakatan itu dicapai dengan mayoritas suara sekitar dua per tiga sesuai ketentuan. Hanya Polandia dan Hongaria yang menentangnya. Pada pertemuan puncak kali ini kedua negara tersebut ingin menentang keabsahan hukum keputusan itu.
PM Luksemburg Xavier Bettel mengatakan bahwa tunduk pada keinginan kedua negara itu akan menjadi preseden yang berbahaya.
“Faktanya adalah, Polandia dan Hongaria tidak setuju dengan kesepakatan (Uni Eropa),” katanya kepada wartawan. “Ini telah diputuskan, jadi kita tidak dapat mundur dan mengatakan sekarang, ‘oke, kami tidak setuju,’ karena nanti semua orang akan membuka daftar semua keputusan yang kita ambil dalam 10 tahun terakhir.”
Menjelang pertemuan, perdana menteri Polandia menegaskan bahwa negaranya tidak akan dapat dipaksa untuk menerima aturan Uni Eropa mengenai migrasi, dan ia bertekad untuk memveto rencana apa pun yang mungkin memaksa negara-negara anggota untuk menerima para pengungsi. [uh/ab]
Forum