Pakistan telah memutuskan untuk membuka kembali penyeberangan perbatasan strategis di barat daya negara itu dengan Afghanistan, yang terkurung daratan, untuk perdagangan dan pergerakan pejalan kaki mulai hari Senin (21/11).
Kebijakan ini hanya berselang satu minggu setelah penutupan fasilitas itu karena pembunuhan seorang penjaga keamanan Pakistan oleh seorang “teroris” Afghanistan. Dua tentara lainnya luka-luka dalam insiden penembakan tanggal 13 November lalu di terminal perbatasan Chaman, yang terletak di antara kedua negara dan dikenal sebagai “Gerbang Persahabatan.”
Seorang pejabat tinggi administrasi distrik Chaman, Abdul Hameed Zehri, hari Minggu mengumumkan Pakistan telah setuju untuk memulihkan pergerakan lintas perbatasan itu setelah menerima “jaminan tegas” dari pemerintah Taliban “bahwa pelaku penembakan tanggal 13 November akan segera ditangkap dan dihukum berat.”
Taliban telah menolak tuduhan bahwa penyerang adalah salah seorang penjaga perbatasan mereka, dengan mengatakan penyelidikan untuk menemukan dan menangkap pelaku sedang diluncurkan.
Rekaman kamera keamanan yang ditunjukkan kepada VOA tidak lama setelah serangan itu, menunjukkan seorang laki-laki bersenjata berada di antara sekelompok penjaga Taliban, sebelum ia dengan cepat mengeluarkan senjata dan menembak tentara Pakistan di titik masuk perbatasan. Ia kemudian berlari ke sisi Afghanistan bersama mitra-mitranya. Salah seorang dari mereka kemudian terlihat melepaskan beberapa tembakan ke kamera keamanan, yang akhirnya rusak.
Terminal Chaman dan penyebrangan perbatasan Torkham di barat laut berfungsi sebagai rute perdagangan dan transit utama Afghanistan dan Pakistan. Ada beberapa terminal lain yang lebih kecil di perbatasan sepanjang hampir 2.600 kilometer yang memisahkan kedua negara. Penutupan perbatasan itu selama satu minggu telah membuat ratusan truk yang membawa berbagai barang/komoditas perdagangan dan kargo terlantar di kedua sisi negara itu.
Tak Kunjung Penuhi Janji, Ekonomi Afghanistan Terus Memburuk
Taliban, yang mengambil alih Afghanistan pada pertengahan Agustus 2021 lalu, mengandalkan sebagian besar perdagangannya dengan Pakistan untuk menghasilkan pendapatan yang sangat dibutuhkan pemerintah baru yang telah kekurangan uang. Afghanistan berupaya meningkatkan perdagangan bilateral dan transit antar kedua negara.
Sebaliknya, dalam beberapa bulan terakhir ini pemerintah Pakistan juga telah menghapus tarif dan melonggarkan aturan visa untuk memfasilitasi kegiatan perdagangan dengan negara yang dilanda konflik itu. Pakistan secara dramatis juga telah meningkatkan impor batu bara Afghanistan sejak Taliban kembali berkuasa, supaya neraca perdagangan tahunan lebih condong ke Afghanistan, yang pertama kali dalam sejarah perdagangan bilateral kedua negara.
Belum ada satu negara pun yang mengakui Taliban karena masalah hak asasi manusia, terutama perlakuan mereka terhadap kaum perempuan. Tidak adanya legitimasi dan pemberlakuan sanksi ekonomi internasional setelah pengambilalihan Taliban itu telah mendorong ekonomi Afghanistan ke jurang kehancuran.
Pakistan mengatakan tidak punya pilihan lain selain membantu Afghanistan menciptakan stabilitas untuk mencegah masuknya pengungsi Afghanistan dan mendorong kebangkitan terorisme lintas perbatasan. Namun Menteri Luar Negeri Pakistan Bilawal Bhutto Zardari Jumat lalu (18/11) menegaskan kembali bahwa Islamabad tidak akan secara resmi mengakui pemerintahan Taliban tanpa konsensus global, dan mendesak para penguasa Taliban untuk memenuhi komitmen mereka pada dunia yaitu menghormati hak asasi semua warga Afghanistan – termasuk kaum perempuan - dan memerangi terorisme. [em/lt]
Forum