Tautan-tautan Akses

Oposisi Kecewa Dunia Biarkan Kebrutalan di Suriah


At the Grand Mosque, U.S. Ambassador to the United Nations Samantha Power meets with Ebola survivors Fanta Oulen Camara, 24, left, and Dr. Oulare Bakary, 30, center, in Conakry, Guinea Oct. 26, 2014.
At the Grand Mosque, U.S. Ambassador to the United Nations Samantha Power meets with Ebola survivors Fanta Oulen Camara, 24, left, and Dr. Oulare Bakary, 30, center, in Conakry, Guinea Oct. 26, 2014.

Setelah masyarakat internasional bertindak untuk memusnahkan senjata kimia Suriah, oposisi Suriah mempertanyakan kebrutalan dalam perang yang justru tidak diperhatikan.

Bagi aktivis Suriah Soad Khadeya, kehidupan barunya di dekat Kairo – Mesir tampak normal. Tetapi kengerian yang terus berlangsung di tanah airnya terus dirasakannya.

Khadeya tadinya tinggal di Ghouta. Ia mengungsi beberapa bulan sebelum terjadinya serangan gas sarin di pinggiran kota Damaskus tanggal 21 Agustus lalu.

Tetapi walaupun ia pernah tinggal lama di Ghouta, Khadeya mengatakan masyarakat internasional terlalu memusatkan perhatian pada upaya mengamankan senjata kimia Suriah. Ratusan orang mungkin telah tewas akibat serangan gas kimia – ujarnya – tetapi lebih dari 100 ribu lainnya tewas dalam aksi kekerasan yang “konvensional”.

Mantan wartawan itu mengatakan masalahnya bukan bagaimana orang mati, apakah karena senjata kimia atau penembakan, jet tempur atau eksekusi dimuka umum. Khadeya mengatakan “anak-anak kami dibunuh dengan berbagai senjata, dan dunia menyaksikan pembunuhan itu dengan berdiam diri dan tidak peduli.

Khadeya – yang membuka rumahnya bagi para pengungsi lainnya – gembira karena Amerika mendorong opsi militer jika diplomasi gagal. Khadeya tidak ingin Amerika hanya menghukum Presiden Suriah Bashar Al Assad atas tuduhan penggunaan senjata kimia. Khadeya ingin Assad digulingkan.

Ini bukan pandangan umum diantara sesama warga Arab. Aktivis lainnya – Ayman – yang berusia 20 tahun mengatakan jajak pendapat di Timur Tengah sangat menentang intervensi dalam bentuk apapun.

Ayman menyebut hal itu “memalukan” karena meskipun korban terus berjatuhan di depan mata, mereka tetap menentang tindakan Amerika.

Dengan kata lain jumlahnya bisa dihitung dengan jari. Sebagian warga di Timur Tengah khawatir intervensi ini akan menimbulkan perang yang lebih luas. Lainnya khawatir tindakan militer akan mendorong munculnya unsur-unsur jihad yang lebih keras di antara para pemberontak. Ahli politik pada Universitas Amerika di Kairo – Christian Donath – mengatakan.

“Banyak elemen-elemen ekstrimis yang berperang menentang Assad, dan tidak jelas apakah Amerika akan memperoleh hasil lebih baik dari kelompok-kelompok ini dibanding yang diperoleh dari rejim Assad,” papar Donath.

Bagi orang moderat seperti Khadeya, adanya elemen-elemen ekstremis itu tidak apa-apa, meskipun ia mengatakan mereka tidak mewakili tujuan gerakannya.

Khadeya mengatakan, orang-orang ekstrimis itu berbeda, dan punya pemikiran yang berbeda pula, tetapi rakyat Suriah membutuhkan “siapapun yang bisa membela” mereka. . Kami membutuhkan siapapun yang bisa melindungi kami terhadap kebisuan dunia tambahnya.
XS
SM
MD
LG