GEDUNG PUTIH —
President Barack Obama memerintahkan pengkajian ulang bantuan AS ke Mesir, menyusul kudeta militer yang menumbangkan presiden Mohammed Morsi yang terpilih secara demokratis.
Dalam pernyataan tertulis, Presiden Obama mengatakan ia "sangat prihatin" dengan keputusan militer Mesir untuk mendongkel Presiden Morsi dan menangguhkan konstitusi negara. Ia tidak menyebut langkah itu "kudeta."
Obama menyerukan kepada militer Mesir untuk mengembalikan kekuasaan ke pemerintah sipil yang terpilih secara demokratis secepat mungkin, dan untuk mencegah penahanan Morsi dan para pendukungnya.
Ia menambahkan bahwa Amerika Serikat berkomitmen terhadap proses demokratis dan tidak mendukung pihak manapun. Ia menyerukan kedua belah pihak untuk menghindari kekerasan dan bekerja sama untuk memulihkan demokrasi.
Sementara itu, Obama telah memerintahkan administrasinya untuk mengkaji ulang implikasi-implikasi dari aksi-aksi militer Mesir terhadap bantuan AS kepada pemerintahan di Kairo.
Undang-undang di AS mewajibkan Gedung Putih untuk menangguhkan bantuan ke suatu negara yang pemimpinnya ditumbangkan dalam kudeta militer. Obama telah meminta lebih dari US$1,5 miliar untuk bantuan militer dan ekonomi terhadap Mesir untuk tahun fiskal yang dimulai Oktober, dan AS serta militer Mesir secara historis memiliki hubungan dekat.
Obama menghabiskan sebagian waktunya Rabu untuk rapat dengan tim keamanan nasional.
Dalam pembicaraan telepon dengan Morsi Senin, Obama mengatakan demokrasi adalah lebih dari sekedar pemilihan, namun juga terkait "penjaminan bahwa suara-suara di seluruh rakyat Mesir didengar dan diwakili oleh pemerintah mereka."
Pemimpin mayoritas Dewan Perwakilan Rakyat AS, Eric Cantor, menyebut stabilitas Mesir "sangat penting" bagi keamanan Amerika dan bagi sekutu-sekutunya di Timur Tengah.
Dalam sebuah pernyataan tertulis, ketua Komite Luar Negeri DPR dari Partai Republik itu menyebut Morsi "hambatan untuk demokrasi konstitusional yang diinginkan sebagian besar Mesir." Cantor mengatakan ia berharap tumbangnya Morsi "akan membuka jalan bagi masa depan Mesir yang lebih baik."
Dalam pernyataan tertulis, Presiden Obama mengatakan ia "sangat prihatin" dengan keputusan militer Mesir untuk mendongkel Presiden Morsi dan menangguhkan konstitusi negara. Ia tidak menyebut langkah itu "kudeta."
Obama menyerukan kepada militer Mesir untuk mengembalikan kekuasaan ke pemerintah sipil yang terpilih secara demokratis secepat mungkin, dan untuk mencegah penahanan Morsi dan para pendukungnya.
Ia menambahkan bahwa Amerika Serikat berkomitmen terhadap proses demokratis dan tidak mendukung pihak manapun. Ia menyerukan kedua belah pihak untuk menghindari kekerasan dan bekerja sama untuk memulihkan demokrasi.
Sementara itu, Obama telah memerintahkan administrasinya untuk mengkaji ulang implikasi-implikasi dari aksi-aksi militer Mesir terhadap bantuan AS kepada pemerintahan di Kairo.
Undang-undang di AS mewajibkan Gedung Putih untuk menangguhkan bantuan ke suatu negara yang pemimpinnya ditumbangkan dalam kudeta militer. Obama telah meminta lebih dari US$1,5 miliar untuk bantuan militer dan ekonomi terhadap Mesir untuk tahun fiskal yang dimulai Oktober, dan AS serta militer Mesir secara historis memiliki hubungan dekat.
Obama menghabiskan sebagian waktunya Rabu untuk rapat dengan tim keamanan nasional.
Dalam pembicaraan telepon dengan Morsi Senin, Obama mengatakan demokrasi adalah lebih dari sekedar pemilihan, namun juga terkait "penjaminan bahwa suara-suara di seluruh rakyat Mesir didengar dan diwakili oleh pemerintah mereka."
Pemimpin mayoritas Dewan Perwakilan Rakyat AS, Eric Cantor, menyebut stabilitas Mesir "sangat penting" bagi keamanan Amerika dan bagi sekutu-sekutunya di Timur Tengah.
Dalam sebuah pernyataan tertulis, ketua Komite Luar Negeri DPR dari Partai Republik itu menyebut Morsi "hambatan untuk demokrasi konstitusional yang diinginkan sebagian besar Mesir." Cantor mengatakan ia berharap tumbangnya Morsi "akan membuka jalan bagi masa depan Mesir yang lebih baik."