Gempa politik muncul di Thailand setelah dinominasikannya Puteri Ubolratana Mahidol sebagai kandidat perdana menteri dalam pemilihan Maret mendatang, mengubah tradisi Thailand di mana keluarga kerajaan tidak memiliki peran publlik apapun dalam politik.
Para pengamat menyatakan pengumuman mengejutkan ini telah menghilangkan sama sekali prospek petahana Perdana Menteri Prayut Chan-o-cha mempertahankan kekuasaannya, yang ia rebut dalam kudeta militer tahun 2014.
“Dewan partai setuju bahwa Puteri Ubolratana, orang yang berpendidikan dan terampil, adalah pilihan yang paling tepat,” kata ketua partai Thai Raksa Chart, Preechapol Pongpanich, dalam konferensi pers hari Jumat (8/2).
Keputusan Ubolratana untuk mencalonkan diri sebagai wakil partai yang berafiliasi dengan Thaksin Shinawatra, yang partainya selalu menang dalam pemilu Thailand sejak 2001 tetapi dua kali digulingkan oleh kudeta militer, menambah lebih banyak intrik.
Gerakan “baju merah” pimpinan pengusaha milyuner di pengasingan itu memiliki jaringan yang kuat di kalangan kubu-kubu politik di kawasan pedesaan.
Tetapi mereka dicemooh oleh beberapa faksi elit dan militer Thailand – suatu perpecahan pahit yang telah memicu gejolak yang hampir tiada henti dalam politik Thailand selama dua dekade ini.
Kuatnya aliansi yang digalang Ubolratana dengan gerakan populis ini didukung pula oleh popularitasnya sebagai putri sulung mendiang Raja Bhumibol Adulyadej yang sangat dihormati.
Ia dikenal dekat dengan adiknya, Maha Vajiralongkorn, yang kemudian menjadi raja setelah mangkatnya ayah mereka pada Oktober 2016 dan dijadwalkan akan dinobatkan pada Mei mendatang, tidak lama setelah pemilu. [uh]