Negara-negara Barat menghendaki adanya resolusi damai bagi krisis di semenanjung Krimea, Ukraina, dengan Menteri Luar Negeri Inggris William Hague mengatakan, Amerika dan Inggris mengusahakan setiap peluang diplomatik untuk mempertemukan para pejabat Rusia dan Ukraina.
Rusia tidak bergabung dengan Hague dan para sejawatnya dari Amerika dan Ukraina, pada pertemuan kelompok kesepakatan Budapest, Rabu pagi (5/3) di Paris. Berdasarkan Memorandum Budapest pada 1990-an, Amerika, Inggris dan Rusia sepakat untuk mendukung integritas wilayah Ukraina.
Namun Hague mengatakan, usaha-usaha lebih lanjut akan dilakukan hari Rabu (5/3) untuk mempertemukan menteri luar negeri Rusia dan Ukraina.
Jika kemajuan diplomatik tidak dicapai, Hague kembali menegaskan akan ada resiko dan konsekuensi yang harus ditanggung Rusia. Ia mengatakan, Rusia seharusnya mempertimbangkan bahwa pola intervensi jangka panjang seperti yang dilakukannya di Ukraina, Georgia dan Moldova akan mengubah hubungannya dengan negara-negara Eropa.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov akan bertemu Menteri Luar Negeri Amerika John Kerry, Rabu (5/3) di Paris, dimana keduanya akan menghadiri sebuah konferensi mengenai Lebanon.
Para pemimpin Barat menyerukan penurunan ketegangan yang dipicu setelah pasukan Rusia memasuki semenanjung Krimea, Ukraina, pekan lalu. Barat telah mengusulkan bahwa krisis dapat diselesaikan jika Rusia menarik mundur pasukannya ke pangkalan mereka di Semenanjung Laut Hitam dan mengizinkan para pengamat internasional untuk terlibat.
Namun Lavrov mengatakan, Rabu (5/3), Rusia tidak dapat memerintah pasukan bersenjata pro-Rusia di Krimea, yang ia gambarkan sebagai pasukan bela diri, karena mereka bukan pasukan Rusia. Ia mengatakan personil armada Laut Hitam Rusia berada pada posisi biasa mereka.
Ia juga mengatakan, mengizinkan monitor internasional masuk ke Krimea adalah bukan keputusan Rusia, namun keputusan pihak berwenang Ukraina dan Krimea.
Sementara itu Presiden Komisi Eropa Jose Manuel Barroso mengatakan, Rabu (5/3), Uni Eropa siap menyediakan bantuan sebesar 15 miliar dolar bagi Ukraina dalam beberapa tahun mendatang.
Rusia tidak bergabung dengan Hague dan para sejawatnya dari Amerika dan Ukraina, pada pertemuan kelompok kesepakatan Budapest, Rabu pagi (5/3) di Paris. Berdasarkan Memorandum Budapest pada 1990-an, Amerika, Inggris dan Rusia sepakat untuk mendukung integritas wilayah Ukraina.
Namun Hague mengatakan, usaha-usaha lebih lanjut akan dilakukan hari Rabu (5/3) untuk mempertemukan menteri luar negeri Rusia dan Ukraina.
Jika kemajuan diplomatik tidak dicapai, Hague kembali menegaskan akan ada resiko dan konsekuensi yang harus ditanggung Rusia. Ia mengatakan, Rusia seharusnya mempertimbangkan bahwa pola intervensi jangka panjang seperti yang dilakukannya di Ukraina, Georgia dan Moldova akan mengubah hubungannya dengan negara-negara Eropa.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov akan bertemu Menteri Luar Negeri Amerika John Kerry, Rabu (5/3) di Paris, dimana keduanya akan menghadiri sebuah konferensi mengenai Lebanon.
Para pemimpin Barat menyerukan penurunan ketegangan yang dipicu setelah pasukan Rusia memasuki semenanjung Krimea, Ukraina, pekan lalu. Barat telah mengusulkan bahwa krisis dapat diselesaikan jika Rusia menarik mundur pasukannya ke pangkalan mereka di Semenanjung Laut Hitam dan mengizinkan para pengamat internasional untuk terlibat.
Namun Lavrov mengatakan, Rabu (5/3), Rusia tidak dapat memerintah pasukan bersenjata pro-Rusia di Krimea, yang ia gambarkan sebagai pasukan bela diri, karena mereka bukan pasukan Rusia. Ia mengatakan personil armada Laut Hitam Rusia berada pada posisi biasa mereka.
Ia juga mengatakan, mengizinkan monitor internasional masuk ke Krimea adalah bukan keputusan Rusia, namun keputusan pihak berwenang Ukraina dan Krimea.
Sementara itu Presiden Komisi Eropa Jose Manuel Barroso mengatakan, Rabu (5/3), Uni Eropa siap menyediakan bantuan sebesar 15 miliar dolar bagi Ukraina dalam beberapa tahun mendatang.