BRUSSELS —
Sudah hampir empat tahun sejak Laksamana Stavridis mengambil alih Komando Amerika di Eropa, dan beberapa hari kemudian sebagai panglima operasi NATO di seluruh dunia.
Sejak itu, ia telah berkali-kali berkunjung ke Afghanistan untuk memberi bimbingan strategis kepada pasukan dan komandan dari puluhan negara, serta memantau kemajuan.
Tetapi empat tahun kemudian - dan setelah lebih dari 11 tahun keterlibatan militer Barat, ribuan korban dan miliaran dolar dikeluarkan - ia hanya bisa menyatakan optimisme yang berhati-hati bahwa pada akhirnya upaya Afghanistan akan berhasil.
"Menurut saya, selama empat tahun saya menjadi panglima, saya bisa katakan kepada diri sendiri bahwa kita telah melalui periode di mana saya meragukan kemampuan untuk berhasil, ke periode sekarang di mana menurut saya kita akan berhasil. Dan saya tetap secara berhati-hati optimistis, kita akan berhasil,” kata Laksamana Stavridis.
Optimisme itu didasarkan sebagian besar pada apa yang dilihat Laksamana itu sebagai perbaikan yang signifikan dalam pasukan keamanan Afghanistan, yang menunjukkan kepadanya sebagian dari apa yang bisa mereka lakukan dalam kunjungan dua tahun lalu.
Lebih luas, ia mengatakan, masyarakat sipil Afghanistan juga berubah menjadi lebih baik.
Sementara itu, serangan Taliban berlanjut di beberapa bagian Afghanistan. Tetapi, menurut Laksamana Stavridis, ketika tentara asing, kecuali pelatih dan pakar kontra-terorisme, pergi akhir tahun depan, kemampuan Taliban mengajak rakyat Afghanistan agar membantu mereka akan sangat berkurang.
"Dalam 10 tahun ini, Taliban menyatakan 'kita melawan orang asing.' Begitu ajakan mereka. Tetapi pada akhir 2014 mereka tidak akan melawan orang asing, melainkan rakyat Afghanistan, saudara mereka sendiri, dalam angkatan bersenjata Afghanistan. Jadi, ajakan mereka akan berhenti pada akhir 2014,” Laksamana Stavridis.
Semua itu bisa jadi salah. Tetapi setelah bertahun-tahun perang dan harapan pupus, tidak ada yang mampu menjamin, hanya berharap dan berhati-hati.
Dan sementara ia bersiap pensiun setelah 37 tahun di Angkatan Laut Amerika, Laksamana Stavridis berbagi satu pelajaran yang ia dapat, sebagian dari perang Afghanistan.
"Pada akhirnya, pada abad ke 21 ini, kita tidak bisa mewujudkan keamanan dengan laras pistol. Tidak bisa," tegas Laksamana Stavridis.
Laksamana itu mengatakan keamanan dan kebebasan bisa dicapai melalui kerjasama internasional dan strategi komunikasi untuk menjelaskan dan mempromosikan nilai-nilai demokrasi, dengan hanya penggunaan militer seperlunya, tempat ia selama ini mengabdikan karir.
Sejak itu, ia telah berkali-kali berkunjung ke Afghanistan untuk memberi bimbingan strategis kepada pasukan dan komandan dari puluhan negara, serta memantau kemajuan.
Tetapi empat tahun kemudian - dan setelah lebih dari 11 tahun keterlibatan militer Barat, ribuan korban dan miliaran dolar dikeluarkan - ia hanya bisa menyatakan optimisme yang berhati-hati bahwa pada akhirnya upaya Afghanistan akan berhasil.
"Menurut saya, selama empat tahun saya menjadi panglima, saya bisa katakan kepada diri sendiri bahwa kita telah melalui periode di mana saya meragukan kemampuan untuk berhasil, ke periode sekarang di mana menurut saya kita akan berhasil. Dan saya tetap secara berhati-hati optimistis, kita akan berhasil,” kata Laksamana Stavridis.
Optimisme itu didasarkan sebagian besar pada apa yang dilihat Laksamana itu sebagai perbaikan yang signifikan dalam pasukan keamanan Afghanistan, yang menunjukkan kepadanya sebagian dari apa yang bisa mereka lakukan dalam kunjungan dua tahun lalu.
Lebih luas, ia mengatakan, masyarakat sipil Afghanistan juga berubah menjadi lebih baik.
Sementara itu, serangan Taliban berlanjut di beberapa bagian Afghanistan. Tetapi, menurut Laksamana Stavridis, ketika tentara asing, kecuali pelatih dan pakar kontra-terorisme, pergi akhir tahun depan, kemampuan Taliban mengajak rakyat Afghanistan agar membantu mereka akan sangat berkurang.
"Dalam 10 tahun ini, Taliban menyatakan 'kita melawan orang asing.' Begitu ajakan mereka. Tetapi pada akhir 2014 mereka tidak akan melawan orang asing, melainkan rakyat Afghanistan, saudara mereka sendiri, dalam angkatan bersenjata Afghanistan. Jadi, ajakan mereka akan berhenti pada akhir 2014,” Laksamana Stavridis.
Semua itu bisa jadi salah. Tetapi setelah bertahun-tahun perang dan harapan pupus, tidak ada yang mampu menjamin, hanya berharap dan berhati-hati.
Dan sementara ia bersiap pensiun setelah 37 tahun di Angkatan Laut Amerika, Laksamana Stavridis berbagi satu pelajaran yang ia dapat, sebagian dari perang Afghanistan.
"Pada akhirnya, pada abad ke 21 ini, kita tidak bisa mewujudkan keamanan dengan laras pistol. Tidak bisa," tegas Laksamana Stavridis.
Laksamana itu mengatakan keamanan dan kebebasan bisa dicapai melalui kerjasama internasional dan strategi komunikasi untuk menjelaskan dan mempromosikan nilai-nilai demokrasi, dengan hanya penggunaan militer seperlunya, tempat ia selama ini mengabdikan karir.