Angkatan Darat Suriah mengatakan Kamis (22/12), kota Aleppo yang hancur dilanda perang telah direbut kembali, menandai kemenangan terbesar dalam perang saudara hampir enam tahun.
Komando Angkatan Darat mengatakan dalam pernyataan yang dimuat di Kantor berita Arab SANA, “Pemulihan keamanan dan stabilitas di Aleppo merupakan kemenangan strategis dan titik balik penting dalam perang melawan teroris."
Pemerintah Presiden Bashar al-Assad telah menguasai sepenuhnya kota Aleppo, kota yang berpenduduk paling padat sebelum perang, untuk pertama kali sejak tahun 2012.
Pasukan pemberontak sepakat untuk menarik diri dari kota itu setelah serbuan angkatan darat Suriah selama sebulan mengusir pemberontak dari 90 persen wilayah mereka semula.
Pengumuman itu dikeluarkan beberapa jam setelah konvoi terakhir yang membawa pengungsi meninggalkan kota itu.
Namun Amerika Serikat tetap khawatir mengenai kemenangan itu, dengan menyebut adanya laporan meningkatnya kekerasan di bagian-bagian lain negara itu dan juga masa depan orang-orang yang diungsikan dari Aleppo.
Juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika John Kirby mengatakan, “Dengan melihat laporan-laporan itu jelas bahwa mereka telah menguasai Aleppo, saya tidak akan mempersoalkan itu. Tetapi mereka bertanggung jawab atas apa yang terjadi terhadap Aleppo dan warga Aleppo."
PBB juga menyatakan prihatin mengenai meningkatnya kekerasan di tempat-tempat lain di Suriah.
Berbicara di Jenewa Kamis, Utusan Khusus PBB untuk Suriah, Staffan de Mistura memperingatkan bahwa Idlib, tempat yang didatangi banyak pengungsi, “secara teoritis bisa menjadi Aleppo baru.”
Palang Merah Internasional mengatakan, sampai hari Kamis sekitar 34 ribu orang telah meninggalkan Aleppo timur, daerah yang dikuasai pemberontak selama empat tahun dalam usaha mereka menyingkirkan Assad dari kedudukannya. [sp/isa]