Di Turki, penyelidikan terhadap pembunuhan Duta Besar Rusia untuk Turki masih terus dilanjutkan. Beberapa pemimpin politik Turki memastikan bahwa pembunuhan itu tidak akan mengganggu hubungan dengan Rusia, di mana kedua pihak bertekad akan bekerjasama mengatasi perang saudara di Suriah.
Sebuah upacara dilangsungkan di bandara Ankara untuk menghormati Duta Besar Rusia untuk Turki Andrey Karlov yang dibunuh hari Senin (19/12), sebelum jenazahnya akan diterbangkan ke Rusia. Duta besar itu ditembak mati oleh seorang polisi yang sedang tidak bertugas, di sebuah pameran seni.
Di Istanbul, Perdana Menteri Turki Binali Yildrim hari Selasa (20/12) mengatakan hubungan bilateral tidak akan terganggu.
Yildrim mengatakan hubungan kuat kedua negara akan berlanjut, tidak seorang pun memiliki kekuatan untuk menghancurkan hubungan antar kedua negara, dan kedua negara akan melanjutkan segala bentuk upaya untuk mengatasi instabilitas di kawasan.
Presiden Recep Tayyip Erdogan mengatakan Turki bertekad menemukan pihak yang bertanggungjawab dan pasukan keamanannya akan bekerjasama erat dengan mitra-mitra Rusia mereka. Ankara setuju untuk bekerjasama dengan tim penyelidik Rusia yang berjumlah 18 orang dan tiba hari Selasa (20/12) ini.
Polisi telah menangkap tujuh orang, sebagian besar adalah keluarga penembak yang berusia 22 tahun yang tewas ditangan aparat keamanan tak lama setelah ia menembak mati duta besar Andrey Karlov.
Kolumnis politik situs Al Monitor, Semih Idiz mengatakan pembunuhan itu tidak akan merusak hubungan diplomatik bilateral saat ini.
“Rusia tidak berprasangka buruk pada Turki karena kepentingan yang lebih luas di kawasan itu, terkait Suriah dan Irak. Sebagaimana yang Anda lihat sekarang, Rusia telah mengajak Turki berpihak padanya. Mereka berupaya memanfaatkan perbedaan tajam antara Turki dan fihak Barat, dan melihat keuntungan dalam pendekatan ini, serta tidak mau merusak hal itu pada saat ini,” ujar Idiz.
Meskipun Turki dan Rusia memberi dukungan kepada kelompok yang berbeda dalam perang saudara Suriah, keduanya bekerjasama mengamankan evakuasi pengungsi dari Aleppo bulan ini. Erdogan hari Selasa mengatakan ia memiliki kesepahaman pandangan tentang Suriah dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Kolomnis Idiz mengingatkan meskipun kedua pihak menyatakan pendekatan untuk mempertahankan persatuan, pembunuhan itu tampaknya akan memiliki konsekuensi yang lebih besar.
“Tidak ada keraguan bahwa hal ini akan membayangi proses rekonsiliasi. Rusia akan tetap diplomatis, tetapi tidak akan melupakan atau mengabaikan apa yang telah terjadi, karena mereka tidak bisa, tidak ada negara yang bisa bersikap seperti itu. Karena pembunuhan Duta Besar pada masa lalu memicu terjadinya perang,” tambah Idiz.
Beberapa analis mengatakan Turki dan Rusia mengakui bahwa mereka perlu bekerjasama mencapai penyelesaian perang saudara Suriah. Hari Selasa menteri luar negeri kedua negara – bersama Iran – mengadakan pertemuan di Moskow untuk membahas Suriah, dan diperkirakan akan bekerjasama lagi dalam pertemuan yang direncanakan akan berlangsung akhir bulan ini di Kazakhstan. [em/jm]