Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Amerika Serikat, Mike Johnson mempertahankan jabatannya dalam pemungutan suara putaran pertama pada Jumat (3/1), saat Kongres ke-119 dimulai. Johnson memperoleh 218 suara, cukup untuk mempertahankan jabatannya.
Baik DPR maupun Senat memasuki masa persidangan baru dengan Partai Republik mengambil kendali dari Demokrat di Senat. Di Senat, Senator Mitch McConnell mengundurkan diri dari kepemimpinan partai untuk pertama kalinya dalam 18 tahun. Senator John Thune telah dipilih untuk menggantikannya sebagai pemimpin mayoritas.
Partai Republik di Senat akan memperoleh kursi mayoritas 53-47, jauh di bawah 60 suara yang dibutuhkan untuk meloloskan sebagian besar undang-undang.
Di DPR, di mana Partai Republik memegang mayoritas tipis 219-215, posisi Johnson diyakini berada dalam bahaya setelah kesepakatannya bulan lalu dengan Partai Demokrat untuk menjaga agar pemerintah tetap didanai dan terbuka. Hanya diperlukan dua anggota Partai Republik untuk memberikan suara menentang Johnson agar jabatannya sebagai ketua DPR berada di ujung tanduk.
Partai Demokrat mencalonkan Pemimpin Minoritas Hakeem Jeffries sebagai pembicara tetapi kalah dengan beberapa suara.
Presiden terpilih Donald Trump mengunggah dukungannya kepada Johnson di media sosial pada hari Senin, dengan mengatakan bahwa pembicara tersebut adalah “orang yang baik, pekerja keras, dan religius.”
Namun anggota Partai Republik, Chip Roy dan Thomas Massie, mengungkap keraguan mereka atas kepemimpinan Johnson. Sementara itu, sekutu sekaligus penasihat Trump, Steve Bannon, telah meminta Partai Republik untuk memecat Johnson dari kepemimpinannya.
"Tuan Johnson mendapat banyak kecaman dari rekan-rekannya di Partai Republik. Dan dia mempunyai margin yang sangat terbatas untuk [mendapat suara] mayoritas, hanya segelintir orang,” Kevin Kosar, peneliti di American Enterprise Institute, mengatakan kepada VOA melalui Zoom.
Seandainya Johnson atau anggota Partai Republik lainnya tidak mampu mengumpulkan cukup suara untuk menjadi ketua, DPR bisa bisa saja tidak memiliki pemimpin yang dibutuhkan pada 6 Januari untuk mengesahkan secara resmi kemenangan Trump dalam pemilu tahun lalu.
Trump "akan menerapkan tarif dengan sangat keras. Dia akan fokus pada perbatasan, dan perintah eksekutif terkait dengan imigrasi dan imigran, terutama dari Meksiko dan negara-negara Muslim. Dan kemudian dia akan mengupayakan kompromi apa pun yang diusahakan untuk lolos dari agenda legislatif mengenai hal-hal yang mempengaruhi perekonomian, bahan makanan, begitu dia sering menyebutnya,” Casey Burgat, seorang profesor di Universitas George Washington di Washington, mengatakan kepada VOA melalui Zoom. [ft]
Sebagian informasi dari berita ini berasal dari Reuters.