Otoritas Spanyol mengatakan sekitar 3.000 orang Maroko, yang sepertiganya dikategorikan sebagai anak di bawah umur, pada Senin (17/5) berenang dan menggunakan perahu karet untuk menyeberang ke Ceuta.
Jumlah kedatangan migran itu adalah yang terbesar dalam satu hari ke kantong Spanyol di Afrika utara tersebut.
Otoritas kesehatan mengatakan, seorang laki-laki muda tenggelam ketika berusaha menyeberang, sementara seorang balita diselamatkan dan menderita hipotermia.
Gelombang besar kedatangan migran itu menyusul memburuknya hubungan Spanyol dengan Maroko, mitranya di selatan dan sekutu utamanya dalam mengendalikan arus migrasi, terkait keputusan Madrid untuk mengizinkan pemimpin kelompok militan yang berjuang demi mencapai kemerdekaan dari Maroko mendapat perawatan di rumah sakit Spanyol.
Ceuta dan Melilla di dekatnya dianggap sebagai batu loncatan ke Eropa bagi para migran Afrika. Ratusan di di antara mereka berisiko cedera atau tewas setiap tahun ketika mencoba melompati pagar, bersembunyi di dalam kendaraan, atau berenang melewati pemecah gelombang yang menjorok beberapa meter ke Laut Mediterania.
Namun, 3.000 orang yang menyeberang hanya dalam satu hari menimbulkan ketegangan bagi polisi dan pekerja darurat di kota berpenduduk 84.000 itu. Angka tersebut hampir tiga kali lipat dari total kedatangan sepanjang tahun ini di dua wilayah Spanyol itu dan lebih dari jumlah pada 2020, ketika 2.228 orang tiba melalui darat dan laut.
Dalam sebuah pernyataan, menteri dalam negeri Spanyol mengatakan bahwa Spanyol “telah bekerja tanpa mengenal lelah terkait kebijakan migrasi yang menyangkut seluruh Uni Eropa dan Maroko, negara asal orang-orang yang telah tiba dengan berenang hari ini.” [lt/em]