Menteri Luar Negeri Sri Lanka Ravinath Aryasinghe mengatakan sedikitnya 27 mayat warga asing berhasil dievakuasi dari lokasi-lokasi ledakan.
Seluruh negara di dunia mengutuk serangan itu.
Dalam doa bersama di akhir misa Paskah hari Minggu (21/4), Paus Fransiskus memohon agar ada upaya untuk mengatasi pembantaian itu.
Berbicara dari galeri terbuka di Basilika Santo Petrus, Paus mengatakan, “Saya ingin mengungkapkan kedekatan saya pada komunitas Kristiani yang menjadi target ketika mereka berkumpul untuk berdoa, dan seluruh korban aksi kekerasan kejam seperti itu.”
“Saya percayakan pada Tuhan semua korban yang terbunuh ini, dan doakan mereka yang luka-luka dan menderita akibat peristiwa dramatis ini,” ujar Paus.
Sri Lanka, negara kepulauan di ujung selatan India, memiliki sejarah agama Kristen yang panjang. Tradisi Kristiani mencatat salah satu orang suci, St. Thomas, pernah melawat ke Sri Lanka dan bagian selatan India, puluhan tahun setelah kematian Yesus Kristus.
Mayoritas umat Kristen di negara kepulauan itu adalah Kristen Katholik Roma.
Kuil St. Anthony dan tiga hotel di mana terjadinya ledakan hari ini adalah tempat-tempat yang paling sering didatangi wisatawan asing.
Gambar-gambar stasiun televisi di Sri Lanka menunjukan kerusakan parah di hotel Cinnamon Grand, Shangri-La dan Kingsbury.
Restoran lantai dua Shangri-La hancur dalam ledakan itu. Langit-langitnya roboh, jendela-jendela pecah berantakan dan meja-meja terbalik di dalam ruangan yang hitam terbakar.
Kantor berita Associated Press mengutip Alex Agieleson yang kebetulan berada di dekat kuil St. Anthony, mengatakan bangunan di sekelilingnya berguncang hebat karena ledakan itu dan sejumlah orang dilarikan ke rumah sakit.
Uskup Agung Kolombo, Kardinal Malcolm Ranjith, menyerukan pemerintah untuk melakukan “penyelidikan menyeluruh yang tidak memihak’’ dan menghukum mereka yang dinilai bertanggungjawab ‘’tanpa ampun’’ karena ‘’hanya hewan yang dapat berperilaku seperti ini.’’ (em)