Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov Jumat (20/4) mengatakan Amerika menanyakan mengenai kedudukan-kedudukan pasukan Rusia di Suriah sebelum serangan udara Amerika dan sekutu-sekutunya dan menghindari daerah-daerah itu.
Lavrov mengatakan, meskipun ketegangan meningkat antara Moskow dan Washington, Amerika memastikan bahwa personil dan posisi-posisi Rusia tidak menjadi sasaran dalam serangan-serangan terhadap rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad menyusul dilakukannya serangan kimia yang dicurigai terhadap kota Douma.
Lavrov mengatakan dalam wawancara dengan TV pemerintah Rusia, “Kami memberitahu mereka di mana garis-garis merah kami, termasuk daerah-daerah geografis kami.”
Dalam jumpa pers gabungan di Moskow dengan utusan PBB untuk Suriah Staffan de Mistura, Lavrov mengatakan, serangan-serangan udara oleh Amerika, Inggris dan Perancis “tidak saja membom fasilitas-fasilitas kimia yang tidak ada di Suriah, mereka juga menghancurkan pembicaraan-pembicaraan di Jenewa.”
Menteri Pertahanan Amerika Jim Mattis, memperingatkan Assad hari Jumat, dia akan “ bodoh kalau mengabaikan masyarakat internasional” dengan terus mengembangkan dan menggunakan senjata kimia, kejahatan perang yang dilarang oleh hukum internasional.
Mattis menambahkan, “Ada dukungan penuh untuk serangan-serangan yang disesalkan tetapi perlu terhadap bagian riset dan enjineering program senjatanya.”
Juru bicara Pentagon Dana White Kamis mengatakan, tidak ada indikasi militer Suriah siap akan melancarkan serangan senjata kimia lagi tetapi Amerika dan sekutu-sekutunya “tetap waspada.”
Serangan pimpinan Amerika itu dilakukan sebagai respon atas serangan senjata kimia yang dicurigai, yang menewaskan sedikitnya 40 warga sipil di Douma 7 April. Amerika menyalahkan Suriah. Tetapi Suriah dan sekutunya Rusia menyangkal adanya penggunaan senjata seperti itu. [sp/ii]