Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi mengatakan setelah bertemu dengan pemimpin Aung San Suu Kyi dan panglima angkatan bersenjata negara itu hari Senin (4/9), bahwa peredaan ketegangan di negara bagian Rakhine harus menjadi prioritas utama pemerintah Myanmar.
Marsudi mengatakan dia adalah menteri luar negeri yang pertama bertemu dengan pemimpin Myanmar sejak kekerasan pecah lagi di Rakhine tanggal 23 Augustus, yang mengakibatkan pengungsian besar-besaran kaum Muslim Rohingya ke negara tetangga Bangladesh.
Dia mengatakan dalam pernyataan bahwa “pihak berwenang keamanan Myanmar perlu dengan segera menghentikan semua bentuk kekerasan yang terjadi di negara bagian Rakhine dan memberi perlindungan bagi semua orang termasuk masyarakat Muslim.”
Marsudi mengatakan Indonesia telah mengajukan rencana lima-butir kepada Myanmar yang perlu dilaksanakan segera “supaya krisis kemanusiaan dan keamanan tidak akan memburuk.”
Sebuah rumah sakit dekat perbatasan tenggara Bangladesh telah berjubel dengan puluhan pengungsi Rohingya yang tiba dengan luka-luka akibat terkena peluru dan tulang yang patah setelah melarikan diri dari kekerasan di bagian barat Myanmar.
Badan pengungsi PBB mengatakan etnis Muslim Rohingya masih berdatangan menyeberangi perbatasan yang berawa-rawa dan sudah memenuhi tiga kamp pengungsi yang ada hingga kapasitas maksimum.
UNHCR hari Senin menghitung kira-kira 73 ribu orang pengungsi baru di Bangladesh sejak kekerasan pecah tanggal 25 Augustus di negara bagian Rakhine, Myanmar barat. Banyak dari kebutuhan mereka termasuk pangan dan pemondokan sedang disediakan oleh kaum Rohingya yang mengungsi dari Myanmar beberapa tahun yang lalu.
Sementara itu, Dr. Shaheen Abdur Rahman Choudhury di rumah sakit Bazar Sadar Cox mengatakan 31 orang pria Rohingya sedang dirawat atas luka kena tembak dan patah-tulang. Ia menggambarkan mereka sebagai orang yang “sangat susah dan takut.” [gp]