Sebuah memo oleh Richard Nixon yang baru dirilis menunjukkan mantan presiden Amerika itu khawatir pembunuhan besar-besaran di Lapangan Tiananmen tahun 1989 akan secara permanen merusak hubungan antara Tiongkok dan Amerika Serikat.
Yayasan Richard Nixon yang berbasis di Kalifornia itu merilis dokumen rahasia yang dikirim Nixon kepada para anggota Kongres setelah kunjungan bersejarahnya ke Tiongkok hanya lima bulan setelah pasukan Tiongkok menumpas demonstrasi damai di Beijing tengah yang menewaskan ratusan atau mungkin ribuan orang.
Nixon mengatakan dia menghabiskan waktu 20 jam berbicara dengan Ketua Partai Komunis Deng Xiaoping dan pemimpin tertinggi Tiongkok lainnya, dan mendapati hubungan antara kedua negara dalam keadaan terburuk sejak kunjungannya ke Beijing 17 tahun sebelumnya.
Dia mengatakan kedua pihak memandang peristiwa di Lapangan Tiananmen itu dari perspektif yang sama-sekali berbeda dan bahwa perbedaan diantara mereka sama sekali tidak dapat dijembatani.
Nixon mengatakan Amerika Serikat jangan memaafkan apa yang terjadi, tetapi mengatakan bahwa Washington tidak akan membiarkan insiden itu secara permanen merusak hubungan Amerika dengan Beijing.
Menurut Nixon, perselisihan antara kedua negara bahkan lebih besar sebelum kunjungannya ke Beijing tahun 1972, tetapi bahwa meskipun dengan adanya perbedaan yang tidak dapat didamaikan, keduanya mengakui kepentingan bersama dalam menghadapi Uni Soviet.
Nixon, yang meninggal tahun 1994, mengatakan “memisahkan diri kita dari para pemimpin Tiongkok akan mengganggu baik kepentingan Amerika maupun kepentingan Tiongkok." Nixon mengatakan Amerika jangan mengambil resiko untuk menjadi musuh melainkan menjadi sekutu Tiongkok dalam abad ke-21.
Dirilisnya memo itu dilakukan 40 tahun setelah kunjungan bersejarah Presiden Nixon ke Tiongkok, yang menandai permulaan perluasan hubungan Tiongkok-Amerika.
