Laporan yang dipublikasikan oleh “War Child” sebuah kelompok di Inggris yang membantu anak-anak dalam zone konflik mengatakan anak-anak Suriah dengan sengaja dijadikan “sasaran”, dan mencatat ratusan kematian dan rekrutmen yang disebabkan oleh konflik bersenjata itu.
“War Child” adalah sebuah LSM yang memberi bantuan darurat bagi anak-anak Suriah yang mengungsi di Lebanon. Rob Williams, Kepala Eksekutif “War Child” mengatakan, “Anak-anak menderita dalam konflik umumnya sebagai dampak sampingan. Jika terjadi perang maka anak-anak mungkin terjebak dalam tembak-menembak. Tapi dalam konflik di Suriah ini, anak-anak dengan sengaja dijadikan sasaran”.
Laporan itu didasarkan pada informasi yang diperoleh dari dokumen-dokumen yang diterbitkan oleh beberapa organisasi – termasuk PBB dan Human Rights Watch, dan juga dari wawancara “War Child” yang diadakan dengan para korban dan saksi mata.
Laporan itu mengatakan 1.300 anak telah tewas dalam konflik di Suriah, termasuk yang dibunuh dengan sengaja. Rob Williams mengatakan 49 anak-anak termasuk diantara 100 warga sipil yang dibantai akhir Mei lalu di desa Houla – sebuah kota di utara kota Homs yang sedang bergolak.
“Ada anak-anak yang memberi kesaksian tentang bagaimana mereka melihat abang dan kakak mereka dibantai di jalan oleh pasukan bersenjata. Ada juga laporan tentang anak-anak yang diculik dari rumah mereka, dikumpulkan dan ditempatkan di depan tank-tank pemerintah dan kendaraan bersenjata yang membawa personil tentara sebagai tameng manusia sewaktu pasukan pemerintah memasuki kawasan yang dikuasai kelompok oposisi,” kata Williams.
Komisi penyelidik PBB mengatakan tidak mungkin menentukan dengan pasti siapa yang melakukan pembunuhan di Houla, meskipun ketua panel itu mengatakan pasukan yang setia kepada pemerintah mungkin bertanggungjawab atas banyaknya korban tewas.
Pasukan Suriah telah memerangi kelompok oposisi di Suriah sejak tahun lalu. Menurut para aktivis yang berkantor di Inggris, setidaknya lebih dari 2.750 orang tewas bulan ini, menjadikan jumlah korban tewas sejak mulainya konflik ini menjadi 19 ribu orang.
Rob Williams menyatakan dalam jangka panjang, para donor harus membantu Suriah membangun kembali infrastruktur yang dibutuhkan anak-anak, seperti sekolah, pusat kesehatan dan rumah sakit.
Williams menambahkan, “Diperlukan waktu sekitar 10 tahun bagi sebuah negara untuk pulih dari perang saudara – dalam arti pertumbuhan ekonomi, dan juga infrastruktur yang rusak. Ini tidak akan selesai dalam 24 bulan. Kita membutuhkan donor yang akan memberi bantuan pada Suriah untuk jangka panjang”.
Menurut laporan “War Child”, anak-anak usia sekitar 8 tahun telah direkrut menjadi “pejuang”.
Pasukan pemerintah Suriah dan pejuang pemberontak sama-sama telah dituduh melakukan pelanggaran terhadap anak-anak dan menyeret mereka ikut dalam konflik itu.
“War Child” adalah sebuah LSM yang memberi bantuan darurat bagi anak-anak Suriah yang mengungsi di Lebanon. Rob Williams, Kepala Eksekutif “War Child” mengatakan, “Anak-anak menderita dalam konflik umumnya sebagai dampak sampingan. Jika terjadi perang maka anak-anak mungkin terjebak dalam tembak-menembak. Tapi dalam konflik di Suriah ini, anak-anak dengan sengaja dijadikan sasaran”.
Laporan itu didasarkan pada informasi yang diperoleh dari dokumen-dokumen yang diterbitkan oleh beberapa organisasi – termasuk PBB dan Human Rights Watch, dan juga dari wawancara “War Child” yang diadakan dengan para korban dan saksi mata.
Laporan itu mengatakan 1.300 anak telah tewas dalam konflik di Suriah, termasuk yang dibunuh dengan sengaja. Rob Williams mengatakan 49 anak-anak termasuk diantara 100 warga sipil yang dibantai akhir Mei lalu di desa Houla – sebuah kota di utara kota Homs yang sedang bergolak.
“Ada anak-anak yang memberi kesaksian tentang bagaimana mereka melihat abang dan kakak mereka dibantai di jalan oleh pasukan bersenjata. Ada juga laporan tentang anak-anak yang diculik dari rumah mereka, dikumpulkan dan ditempatkan di depan tank-tank pemerintah dan kendaraan bersenjata yang membawa personil tentara sebagai tameng manusia sewaktu pasukan pemerintah memasuki kawasan yang dikuasai kelompok oposisi,” kata Williams.
Komisi penyelidik PBB mengatakan tidak mungkin menentukan dengan pasti siapa yang melakukan pembunuhan di Houla, meskipun ketua panel itu mengatakan pasukan yang setia kepada pemerintah mungkin bertanggungjawab atas banyaknya korban tewas.
Pasukan Suriah telah memerangi kelompok oposisi di Suriah sejak tahun lalu. Menurut para aktivis yang berkantor di Inggris, setidaknya lebih dari 2.750 orang tewas bulan ini, menjadikan jumlah korban tewas sejak mulainya konflik ini menjadi 19 ribu orang.
Rob Williams menyatakan dalam jangka panjang, para donor harus membantu Suriah membangun kembali infrastruktur yang dibutuhkan anak-anak, seperti sekolah, pusat kesehatan dan rumah sakit.
Williams menambahkan, “Diperlukan waktu sekitar 10 tahun bagi sebuah negara untuk pulih dari perang saudara – dalam arti pertumbuhan ekonomi, dan juga infrastruktur yang rusak. Ini tidak akan selesai dalam 24 bulan. Kita membutuhkan donor yang akan memberi bantuan pada Suriah untuk jangka panjang”.
Menurut laporan “War Child”, anak-anak usia sekitar 8 tahun telah direkrut menjadi “pejuang”.
Pasukan pemerintah Suriah dan pejuang pemberontak sama-sama telah dituduh melakukan pelanggaran terhadap anak-anak dan menyeret mereka ikut dalam konflik itu.