MANADO —
Para petugas penyelamat menemukan lima jenazah lagi dalam lumpur menyusul banjir dan tanah longsor di Manado, Sulawesi Utara, membuat jumlah korban tewas mencapai 15 orang sejauh ini, akibat bencana yang membuat ribuan orang lari menyelamatkan diri, ujar polisi dan para saksi Senin (18/2).
Para kerabat menangis dan mengamati dengan takjub saat warga dan petugas penyelamat menarik jenazah dari lumpur, Minggu (17/2), dari tujuh dusun yang terkena banjir dan tanah longsor di Manado, Sulawesi Utara, sementara lebih dari 1.000 rumah digenangi air dari sungai yang meluap.
Pihak berwenang kesulitan untuk membuat traktor dan bulldozer melintasi jalan berjam-jam setelah hujan besar mengirimkan lumpur dan batu. Ratusan polisi, tentara dan warga menggali reruntuhan dengan tangan kosong, sekop dan cangkul.
Kepala Polisi Sulawesi Utara Brigjen Dicky Atotoy mengatakan 14 jenazah telah ditarik dari lumpur dan reruntuhan rumah, termasuk diantaranya tiga anak berusia antara tiga dan 10 tahun, dan seorang lagi ditemukan dalam air Minggu malam. Sekitar 8.100 orang mengungsi ke tempat penampungan sementara.
Warga dusun Tingkulu mengatakan mereka sibuk membersihkan tumpukan tanah dari tanah longsor sebelumnya ketika tiba-tiba lumpur dan batu berhamburan dari bukit beberapa jam sesudahnya, menurut seorang kepala warga bernama Lucky Sumakud.
“Mengerikan... kami langsung melarikan diri, namun beberapa tidak bisa dan terkubur di tanah,” ujarnya, seraya menambahkan bahwa seorang ibu dan dua anaknya ditemukan tewas dalam keadaan berpelukan.
Sungai-sungai meluap setelah hujan berhari-hari di beberapa wilayah di Manado, memaksa orang meninggalkan rumahnya yang kebanjiran, ujar Dicky. Para saksi mengatakan tinggi air mencapai satu meter di berbagai tempat.
Warga sibuk menyelamatkan harta bendanya, mulai dari televisi sampai sepeda motor. Yang lainnya menggendong para orangtua melewati air atau duduk di atas atap, menunggu banjir surut. (AP/Gracey Wakari)
Para kerabat menangis dan mengamati dengan takjub saat warga dan petugas penyelamat menarik jenazah dari lumpur, Minggu (17/2), dari tujuh dusun yang terkena banjir dan tanah longsor di Manado, Sulawesi Utara, sementara lebih dari 1.000 rumah digenangi air dari sungai yang meluap.
Pihak berwenang kesulitan untuk membuat traktor dan bulldozer melintasi jalan berjam-jam setelah hujan besar mengirimkan lumpur dan batu. Ratusan polisi, tentara dan warga menggali reruntuhan dengan tangan kosong, sekop dan cangkul.
Kepala Polisi Sulawesi Utara Brigjen Dicky Atotoy mengatakan 14 jenazah telah ditarik dari lumpur dan reruntuhan rumah, termasuk diantaranya tiga anak berusia antara tiga dan 10 tahun, dan seorang lagi ditemukan dalam air Minggu malam. Sekitar 8.100 orang mengungsi ke tempat penampungan sementara.
Warga dusun Tingkulu mengatakan mereka sibuk membersihkan tumpukan tanah dari tanah longsor sebelumnya ketika tiba-tiba lumpur dan batu berhamburan dari bukit beberapa jam sesudahnya, menurut seorang kepala warga bernama Lucky Sumakud.
“Mengerikan... kami langsung melarikan diri, namun beberapa tidak bisa dan terkubur di tanah,” ujarnya, seraya menambahkan bahwa seorang ibu dan dua anaknya ditemukan tewas dalam keadaan berpelukan.
Sungai-sungai meluap setelah hujan berhari-hari di beberapa wilayah di Manado, memaksa orang meninggalkan rumahnya yang kebanjiran, ujar Dicky. Para saksi mengatakan tinggi air mencapai satu meter di berbagai tempat.
Warga sibuk menyelamatkan harta bendanya, mulai dari televisi sampai sepeda motor. Yang lainnya menggendong para orangtua melewati air atau duduk di atas atap, menunggu banjir surut. (AP/Gracey Wakari)