Warga Paris pada hari Selasa (17/11) beramai-ramai menikmati sajian makanan dan minuman di beranda-beranda kafe dan restoran pada malam hari, sebagai bentuk perlawanan terhadap para militan Islamis yang melakukan serangan maut Jumat pekan lalu.
Media sosial bergema dengan slogan "Je suis en terrasse (saya ada di kafe teras)," gaung dari gerakan "Je suis Charlie (saya Charlie)" bulan Januari lalu, dan sebuah refleksi dari bagaimana pembantaian hari Jumat di kafe-kafe, gedung konser dan stadion sepakbola menyasar warga yang lebih muda, lebih makmur dan suka bersenang-senang di ibukota Perancis tersebut.
Banyak dari ke-129 korban serangan tersebut sedang minum-minum atau makan di beranda restoran dan kafe di bagian Paris timur yang trendi, ketika para militan memberondong mereka dengan peluru.
"Yang ditarget adalah cara hidup kita, identitas kota dan budaya kami, kebahagiaan hidup bersama-sama," menurut pernyataan dari restoran Monsieur Bleu, menyerukan warga Paris untuk keluar makan dan mengheningkan cipta selama satu menit pada pukul 9 malam.
Panduan restoran "Guide du Fooding" juga menyerukan orang-orang Perancis untuk pergi ke restoran, bar, kafe dan tempat minum-minum untuk menghormati para korban, tapi juga untuk membantu para pemilik kafe yang khawatir bisnisnya anjlok akibat serangan teror.
"Kami saling mengatakan bahwa jika kita tidak duduk di teras hari ini, mungkin kita tidak akan pernah lagi melakukannya," ujar Marie-Therese Vasseur, 65, di Cafe Zephyr di distrik teater Grand Boulevard. "Kita tidak dapat berhenti menikmati hidup."
Manajer kafe, Fabien Mazars, menyambut inisiatif itu dengan mengatakan bahwa pendapatannya akhir pekan lalu kurang dari sepertiga biasanya, dan ia memperkirakan situasi akan seret beberapa minggu ke depan.
Institusi-institusi budaya yang terkenal seperti Paris Opera yang tutup usai serangan itu, telah buka kembali hari Selasa.
Beberapa melihat slogan "Je suis en terrasse" sebagai cara terbaik melawan Negara Islam (ISIS), kelompok militan yang mengklaim serangan tersebut dan melihat cara hidup Barat tidak bermoral.
"Kita masih berduka cita atas kematian para korban... tapi besok, kita akan saling berciuman seperti layaknya orang-orang cabul," tulis jurnalis Luc Vaillant dalam kolom yang diterbitkan di harian berhaluan kiri Liberation.
Tabloid mingguan satiris Charlie Hebdo, yang kantornya Januari lalu menghadapi serangan yang menewaskan 17 orang, merangkum suasana dengan halaman muka bertuliskan: "Mereka punya senjata, tapi persetan dengan mereka, kita punya sampanye!" [hd]