Para pekerja kemanusiaan mengatakan pelarangan terhadap penerbangan internasional ke wilayah Kurdistan mulai Jumat (29/9) akan mengancam kehidupan 1,6 juta pengungsi di kawasan tersebut.
Organisasi bantuan kemanusiaan setempat membutuhkan dukungan internasional untuk beroperasi, kata Mousa Ahmed, Ketua Yayasan Amal Barzani yang mengoperasikan 14 kamp dan beberapa proyek kemanusiaan besar di kawasan Kurdistan. Pasokan dan pendanaan kebanyakan dikirim melalui bandara internasional di kawasan itu.
Semua penerbangan internasional ke kawasan Kurdistan akan dihentikan mulai Jumat, pukul 6 sore hingga 29 Desember, menurut pernyataan yang dirilis oleh pengelola Bandara Internasional Irbil, Kamis (28/9). Pelarangan penerbangan ini merupakan pembalasan atas referendum kemerdekaan Kurdi minggu ini yang disetujui oleh 92 persen pemilih.
Lebih dari tiga perempat dari satu juta warga telah mengungsi sejak serangan militer yang dilancarkan hampir satu tahun lalu untuk mengambil kembali wilayah-wilayah Irak dari ISIS. Banyak warga harus mengalami kondisi ini berkali-kali.
Pekerjaan bantuan kemanusiaan mengatakan keluarga-keluarge mengungsi dari kemiskinan dan situasi yang tidak aman di wilayah-wilayah yang berada di bawah kekuasaan Irak, dan juga dari 500 desa dan 4 kota yang masih berada dalam cengkeraman ISIS.
“Kami akan memohon kepada Baghdad untuk membatalkan langkah-langkah yang sudah direncanakan tersebut dan mempertimbangkan konsekuensinya untuk perang terhadap ISIS, perawatan untuk para pengungsi dan dampak nyata terhadap warga Kurdi," kata Talar Faik, Direktur Jenderal Bandara Internasional Irbil, dalam pernyataannya. [jm/fw]