Tautan-tautan Akses

Larangan Imigrasi Trump dihentikan, yang Terimbas Lanjutkan Perjalanan


Lindley Hanlon, profesor film di CUNY, menyambut para pengungsi sepanjang Senin sore (6/2) di bandar udara internasional JFK, New York. (VOA/Ramon Taylor)
Lindley Hanlon, profesor film di CUNY, menyambut para pengungsi sepanjang Senin sore (6/2) di bandar udara internasional JFK, New York. (VOA/Ramon Taylor)

Setelah inpres Trump dihentikan oleh seorang hakim federal, penumpang internasional yang tiba pada minggu pertama perlahan-lahan melewati lorong yang sepi.

“Selamat datang, selamat datang, selamat datang!” demikian tertera dalam layar digital di atas Terminal 4 di bandar udara John F. Kennedy di New York.

Menggunakan lebih dari puluhan bahasa, kata-kata itu dimunculkan pada layar biru terang agar dapat dilihat dan dibaca semua orang setelah mereka melewati pintu keluar bea cukai dan memasuki Amerika Serikat untuk pertama kalinya.

Meskipun papan itu masih belum berubah dari kurang dari dua minggu lalu, ketika larangan Presiden Donald Trump terhadap warga dari tujuh negara mayoritas Muslim menyebabkan protes besar-besaran dan kebingungan di seluruh Amerika, suasana di terminal internasional JFK hari Senin (6/2) benar-benar berbeda.

Setelah instruksi presiden Trump dihentikan oleh seorang hakim federal hari Jumat lalu, penumpang internasional yang tiba pada minggu pertama perlahan-lahan melewati lorong yang sepi. Termasuk di antaranya yang visanya tidak dicabut dari tujuh negara yang terkena dampak -- Iran, Irak, Libya, Somalia, Sudan, Suriah dan Yaman.

Kali ini tidak ada demonstrasi di luar terminal itu, tidak ada kelompok pengacara pro-bono yang tampak berjuang untuk membantu di lantai restoran terminal 4. Langit yang pucat bisa dilihat dari balik panel kaca berlantai dua di terminal itu dan burung-burung berkicau di antara pengumuman melalui intercom.

Setelah melalui proses rutin bea Cukai dan imigrasi selama 1,5 jam, keluarga-keluarga yang sudah diperiksa dari Dubai melanjutkan perjalanan mereka ke kota New York.

Selang 2 menit, keluarga dari India dan pasangan muda dari Yordania bertemu kembali, tidak terpengaruh dampak larangan itu tapi terpengaruh jarak, berlari bergegas dan menangis di ujung lorong itu.

Sayeda dari Pakistan lega akhirnya bisa kembali ke rumah keduanya bukan karena ia mengangap larangan pertama mungkin bisa dihidupkan kembali dan diperluas di luar daftar aslinya tapi karena nama yang tercantum dalam tiketnya tidak sepenuhnya sesuai dengan nama pada kartu izin bekerjanya.

Tapi ia mengatakan memahami tujuanTrump, “Apa pun yang ia lakukan adalah demi negara ini untuk orang yang memilihnya”. [my/al]

XS
SM
MD
LG