Korea Utara pada Sabtu (25/1) melakukan uji coba rudal jelajah strategis, media pemerintah KCNA, Minggu (26/1).
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un mengawasi uji coba tersebut, menurut laporan KCNA, yang menggambarkannya sebagai uji coba “sistem senjata penting.”
KCNA melaporkan rudal jelajah strategis tersebut menempuh jarak 1.500 kilometer dan terbang antara 7.507 dan 7.511 detik sebelum mencapai sasarannya.
Dalam laporan terpisah, KCNA pada Minggu (26/1) mengatakan bahwa Kementerian Luar Negeri Korea Utara bersumpah akan melakukan “tindakan balasan yang paling keras” terhadap Amerika Serikat selama Washington “menolak” kedaulatan Pyongyang.
Aliansi militer dan latihan gabungan antara Korea Selatan dan Amerika Serikat (AS) menjadi penyebab meningkatnya ketegangan di kawasan tersebut, kata kementerian tersebut dalam sebuah pernyataan yang disiarkan oleh KCNA.
Pernyataan itu muncul ketika Presiden Amerika Donald Trump mengatakan dalam sebuah wawancara pada Kamis (23/1) bahwa ia akan menghubungi Kim lagi setelah keduanya membina hubungan kerja pada masa jabatan pertama Trump.
Sarana pencegahan perang Korea Utara "disempurnakan secara lebih menyeluruh," kata Kim seperti dikutip oleh KCNA. Kim juga bertekad untuk melanjutkan upaya memperkuat militer.
"Kim Jong Un menegaskan bahwa DPRK akan selalu melakukan upaya keras...untuk melaksanakan misi dan tugas penting mereka dalam mempertahankan perdamaian dan stabilitas yang berkelanjutan dan abadi berdasarkan kekuatan militer yang lebih kuat di masa depan."
DPRK adalah singkatan dari nama resmi Korea Utara, Republik Rakyat Demokratik Korea (Democratic People's Republic of Korea)
Laporan tersebut mengatakan uji coba rudal tersebut merupakan bagian dari rencana untuk membangun kemampuan pertahanan nasional melawan musuh potensial sejalan dengan perubahan kondisi keselamatan regional. [ft]
Forum