Tautan-tautan Akses

Komite Pencari Fakta Pembunuhan Sektarian Suriah: “Tidak Ada yang Kebal Hukum”


Yasser al-Farhan, juru bicara komite pencari fakta Suriah yang menyelidiki gelombang kekerasan mematikan baru-baru ini, memberikan konferensi pers di Damaskus, 11 Maret 2025.
Yasser al-Farhan, juru bicara komite pencari fakta Suriah yang menyelidiki gelombang kekerasan mematikan baru-baru ini, memberikan konferensi pers di Damaskus, 11 Maret 2025.

Sebuah komite pencari fakta di Suriah yang menyelidiki kasus pembunuhan bermotif sektarian dalam bentrokan antara militer dan loyalis Bashar al-Assad, Selasa (11/3) menyatakan tidak ada seorang pun yang kebal hukum. Komite tersebut akan menangkap serta menuntut para pelaku.

Pemerintahan Suriah, yang dipimpin kelompok Islam, semakin banyak mendapat tekanan untuk melakukan penyelidikan, setelah adanya laporan saksi mata dan pemantau perang mengenai pembunuhan ratusan warga sipil di desa-desa yang mayoritas penduduknya berasal dari sekte Alawit, bekas basis pendukung presiden yang telah digulingkan.

“Tidak ada yang berada di atas hukum. Komite ini akan menyampaikan semua temuan pada pihak yang membentuknya, kepresidenan dan lembaga peradilan,” kata juru bicara komite, Yasser Farhan, dalam konferensi pers yang disiarkan di televisi.

Komite itu kini tengah menyusun daftar saksi yang akan diwawancarai, berikut daftar pelaku potensial. Jika ada bukti kuat yang mengarah pada seseorang, komite akan menyerahkannya ke lembaga peradilan, tambah Farhan.

Kantor Hak Asasi Manusia PBB menyatakan bahwa seluruh anggota sejumlah keluarga, termasuk perempuan dan anak-anak, tewas di wilayah pesisir dalam rangkaian pembunuhan bermotif sektarian oleh militer, yang bertujuan menumpas perlawanan dari loyalis Assad.

FILE: Presiden sementara Suriah Ahmed al-Sharaa menghadiri wawancara dengan Reuters di istana presiden, di Damaskus, Suriah, 10 Maret 2025. (Khalil Ashawi/REUTERS)
FILE: Presiden sementara Suriah Ahmed al-Sharaa menghadiri wawancara dengan Reuters di istana presiden, di Damaskus, Suriah, 10 Maret 2025. (Khalil Ashawi/REUTERS)

Presiden interim Suriah, Ahmed al-Sharaa, mengatakan kepada kantor berita Reuters dalam wawancara Senin (10/3), bahwa ia belum bisa memastikan apakah pasukan di bawah kementerian pertahanan Suriah, yang telah menggabungkan bekas faksi pemberontak di bawah satu struktur, ikut terlibat dalam pembunuhan sektarian tersebut.

Ketika ditanya apakah komite itu akan meminta bantuan internasional untuk mendokumentasikan pelanggaran, Farhan mengatakan pihaknya “terbuka” untuk bekerja sama, tetapi lebih memilih menggunakan mekanisme nasional.

Sebelumnya, aksi kekerasan mulai meningkat pada Kamis (6/3), saat otoritas menyebut pasukan mereka di wilayah pesisir diserang oleh kelompok bersenjata yang berpihak pada rezim Assad yang digulingkan.

Pemerintah berhaluan Islam Sunni itu mengerahkan bala bantuan ke daerah tersebut untuk menumpas, menurut keterangan mereka, sebuah serangan mematikan yang direncanakan matang dan terorganisir oleh para sisa pendukung Assad.

Namun, Sharaa mengakui kepada Reuters bahwa sejumlah kelompok bersenjata sempat masuk tanpa koordinasi sebelumnya dengan kementerian pertahanan.
Alawit adalah kelompok agama terbesar kedua di Suriah setelah Muslim Sunni. Keyakinan ini merupakan cabang dari Islam Syiah. [th/lt]

Forum

XS
SM
MD
LG