Yassine Bounou memasuki lapangan Stadion Education City di Doha sambil merangkul dan berbincang-bincang dengan kiper Spanyol Unai Simon. Tak tampak muka tegang meski keduanya akan menghadapi drama penalti yang menentukan nasib dua tim kesebelasan dalam ajang bergengsi Piala Dunia.
Bersiap di depan gawang, serius dalam membaca arah bola, dan ‘haap’… Bounou berhasil menangkap tendangan bola Sergio Busquets dan Carlos Soler dari tim La Furia Roja. Tak seperti atlet lainnya, Bounou melakukan selebrasi keberhasilannya menepis bola lawan hanya dengan tersenyum tipis.
Bounou menjadi satu sosok pahlawan di balik kemenangan Maroko dalam duel melawan Spanyol di babak 16 besar Piala Dunia, Selasa (6/12). Kiper klub Sevilla itu berhasil mencuri perhatian khalayak setelah sukses mempertahankan gawangnya dari bobolan tendangan adu penalti Spanyol dengan skor 3-0. Kelihaiannya menangkis bola lawan tersebut membuat Tim Atlas Singa Maroko berhasil melenggang ke babak perempat final.
Menanggapi keberhasilannya dalam melibas tendangan Spanyol, Bounou yang kerap dipanggil Bono, mengatakan penalti adalah kombinasi dari intuisi dan sedikit kemujuran. "Kami menang, itu yang paling penting. Angkat topi untuk seluruh tim, mereka melakukan pekerjaan dengan baik, luar biasa. Tidak mudah untuk tetap fokus selama 120 menit, melawan tim Spanyol yang mendominasi bola dengan baik, yang menguasai bola,” ujar Bounou, sebagaimana dikutip dari AFP.
Bounou sendiri sempat absen dalam laga Maroko melawan Belgia pada 27 November pada babak penyisihan grup F. Ia tampak hadir saat menyanyikan lagu kebangsaan, tetapi belakangan absen secara misterius. Tim dokter mengatakan dia sakit, tetapi pelatih Maroko Walid Reragui menyebut Bounou mengalami cedera saat pemanasan sehingga tidak bisa ikut merumput.
Keberhasilan Maroko dalam menyingkirkan Spanyol di babak 16 besar tersebut merupakan torehan emas dalam sejarah persepakbolaan negara itu. Maroko menjadi negara Arab pertama yang melaju ke babak delapan besar, memastikan terobosan untuk wilayah tersebut dalam turnamen dunia perdana di Timur Tengah. Maroko juga menjadi tim Afrika keempat yang berhasil melangkah sejauh ini dalam sejarah Piala Dunia, Reuters melaporkan.
Kemenangan mereka akan dilihat tidak hanya sebagai kemenangan bagi Maroko, tetapi juga pembenaran atas keputusan FIFA yang kontroversial untuk menyerahkan hak tuan rumah kepada Qatar. Keberhasilan Maroko menambah kilau signifikan pada kesuksesan negara Arab lainnya di turnamen tersebut, seperti halnya Arab Saudi yang berhasil membuat Argentina bertekuk lutut, dan juga Tunisia yang berhasil membekuk juara bertahan Prancis di fase grup, sebagaimana dikutip dari Reuters.
Dalam perhitungan FIFA, Spanyol menguasai 63 persen bola dalam laga dua babak itu, dan bahkan saat perpanjangan waktu selama 30 menit. Tim Matador juga berhasil mencetak 1.068 operan yang luar biasa, 988 di antaranya berhasil diselesaikan. Namun, sebagian besar dari mereka bergerak dari satu sisi ke sisi lain, jarang menghasilkan umpan penetrasi yang dicari Spanyol.
Di atas kertas Spanyol boleh hebat, tetapi nasib berkata lain. Stadion Education City menjadi saksi kegagalan mereka. Tim Matador harus angkat koper dari Doha lebih cepat, meski pelatih Luis Enrique mengatakan dia memberikan setiap pemainnya "pekerjaan rumah" untuk berlatih 1.000 tendangan penalti menjelang perhelatan Piala Dunia.
Kini, maroko akan terus berjuang meraih asanya. Mereka akan berhadapan dengan Portugal pada babak perempat final yang dijadwalkan akan berlangsung pada Sabtu (10/12). [ah/rs]
** Sebagian artikel ini dikutip dari AFP dan Reuters.
Forum