Sebagian anggota Liga Arab dilaporkan berselisih tentang apakah harus mengeluarkan Suriah dari kelompok itu. Kerusuhan di Suriah telah menimbulkan pertanyaan mengenai keterkaitan Liga Arab dalam gelombang demokratisasi itu.
Utusan Suriah ke Liga Arab mengatakan kecaman terhadap negaranya itu tidak berimbang dan menunjukkan ketidaktahuan terhadap apa yang disebutnya “persekongkolan asing” di balik kerusuhan itu.
Sekretaris Jenderal Liga Arab Amr Moussa minggu ini mengatakan Liga Arab gusar dengan situasi di Suriah, tetapi ia tidak mengukuhkan laporan yang mengatakan sebagian anggota mencoba menangguhkan keanggotaan Suriah.
Moussa mengatakan, “Kami mengikuti situasi di Suriah dengan sangat prihatin. Banyak konsultasi dan telepon dari petinggi-petinggi negara-negara Arab mengenai masalah ini, tetapi sejauh ini kami belum menerima permintaan resmi untuk pertemuan mendesak.”
Suriah mempunyai alasan untuk khawatir terhadap kemungkinan dikeluarkan keanggotaanya dari Liha Arab. Bulan Maret, Liga Arab mengasingkan Libya, kemudian membuat rekomendasi utama untuk menerapkan zona larangan terbang yang didukung PBB atas negara itu.
Walaupun Liga Arab segera menyesali keputusan itu, dengan menyatakan NATO melampaui mandatnya, kelompok itu tetap punya suara regional yang penting dalam keputusan-keputusan internasional.
Januari lalu, kelompok beranggotakan 22 negara itu nampaknya hampir lumpuh. Berkantor pusat tidak jauh dari Alun-alun Tahrir di Kairo, pusat kerusuhan di Mesir, dalam semangatnya kelompok itu tidak mendukung perubahan yang dituntut di wilayah itu. Bagi para demonstran di Mesir dan seluruh kawasan itu, orang-orang yang bekerja di ruangan-ruangan pualam kantor pusat itu mewakili pemerintahan-pemerintahan yang korup yang mereka tolak.
Kolumnis Mesir Fahmy Howeidi mengatakan kunci terhadap ketidakterkaitan itu dapat dilihat dari nama resmi kelompok itu, Liga Negara-negara Arab, yang tidak mewakili bangsa Arab, khususnya mereka yang melancarkan demonstrasi.
“Mereka tidak bicara tentang apa yang terjadi di Bahrain. Jadi bisa kita bayangkan, selama Liga Arab mewakili pemerintahan-pemerintahan Arab dan para pemimpinnya, mereka akan menghadapi semua perubahan di wilayah itu dalam cara yang sangat hati-hati dan mengeluarkan pesan-pesan tidak langsung apakah positif atau negatif,” ujar Howeidy.
Keragu-raguan itu membuka peluang bagi saingan-saingan yang potensial. Dewan Kerjasama Teluk Persia aktif di Yaman yang merupakan anggota Liga Arab, menengahi kesepakatan peralihan yang masih belum ditandatangani antara kelompok oposisi dengan pemerintah.