Berbagai reaksi bermunculan menyusul rencana Presiden Donald Trump, Rabu, untuk mengumumkan bahwa Amerika mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel dan akan memindah kedutaan besar Amerika dari Tel Aviv ke Yerusalem.
PM Turki Binali Yildirim mengatakan, pengakuan Amerika bahwa Yerusalem sebagai ibukota Israel akan membuat masalah di kawasan itu tidak terpecahkan. Yildirim mengatakan, Trump seharusnya tidak mengambil keputusan itu karena akan sangat mempengaruhi perdamaian di Timur Tengah dan dunia.
Yildirim mengatakan, Yerusalem adalah tempat suci bagi orang-orang Kristen, Yahudi dan Muslim, serta merupakan wilayah yang paling dipertikaikan dalam perundingan Israel-Palestina. Perdana menteri itu mengatakan, pengumuman AS itu dapat menimbulkan bentrokan agama dan merusak usaha pembentukan negara Palestina.
Menteri Luar Negeri Inggris Boris Johnson mengungkapkan keprihatinan menanggapi rencana Trump tersebut. Ia mengatakan, Yerusalem seharusnya menjadi bagian dari penyelesaian final yang dirundingkan antara Israel dan Palestina.
Paus Fransiskus, dalam pidatonya, Rabu (6/12), menjelang pertemuannya dengan sejumlah pemimpin agama dan cendekiawan Palestina di Vatikan, menyerukan dialog yang menghormati hak-hak setiap orang di Tanah Suci itu. Ia juga mengungkapkan harapan terciptanya perdamaian dan kemakmuran bagi rakyat Palestina.
Menteri Kehakiman Israel Ayelet Shaked menyambut keputusan Trump ini. Ia memuji Trump yang menurutnya tidak terintimidasi oleh ancaman kekerasan dunia Arab.
Palestina mengecam keras keputusan Trump ini. Kritikan juga dilontarkan oleh banyak pemimpin dunia Arab dan Eropa lainnya. [ab/uh]