Pejabat kementrian kesehatan Gaza mengatakan seorang bayi berusia 20 hari meninggal pada Minggu (29/12) akibat “suhu dingin yang parah” di Palestina, yang masih dilanda perang saat menghadapi musim dingin.
Jumaa al-Batran meninggal karena kedinginan, sementara saudara kembarnya masih berada di unit perawatan intensif di rumah sakit setempat, menurut kementerian kesehatan di wilayah yang dikuasai Hamas dalam sebuah pernyataan.
Marwan al-Hamas, kepala rumah sakit lapangan di Gaza, mengonfirmasi kematian tersebut. Ia mengatakan jumlah anak yang meninggal akibat kedinginan dalam beberapa pekan terakhir menjadi lima orang.
“Tidak ada listrik. Airnya dingin dan tidak ada gas, pemanas, atau makanan," kata Yahya al-Batran, ayah anak tersebut.
“Anak-anak saya sekarat di depan mata saya, dan tidak ada yang peduli. Jumaa telah meninggal, dan saya khawatir saudara kembarnya, Ali, mungkin menyusul,” tambahnya.
Yahya al-Batran mengatakan ia dan istrinya tinggal di sebuah tenda usang di kota Deir el-Balah, Gaza tengah.
Ratusan ribu orang yang mengungsi terpaksa tinggal di tenda-tenda tidak layak, yang ebagian besarnya didirikan secara tergesa-gesa di Deir el-Balah dan di wilayah selatan Khan Yunis serta Rafah.
Sejak perang antara Israel dan Hamas dimulai pada Oktober tahun lalu, 2,4 juta penduduk Gaza mengalami kekurangan listrik, air minum, makanan, dan layanan medis.
Mayoritas penduduk wilayah itu telah mengungsi setidaknya satu kali sejak perang pecah pascaserangan Hamas pada 7 Oktober 2023 terhadap Israel. [br/ab]
Forum