Kementerian Luar Negeri mengatakan 243 warga negara Indonesia tinggal di wilayah karantina virus corona di China. Pelaksana tugas juru bicara Kementerian Luar Negeri Teuku Faizasyah menyatakan mereka dalam keadaan baik, sehat dan tidak ada yang tertular virus itu, dan bahwa pemerintah terus memantau perkembangan isu virus tersebut.
Dalam jumpa pers di kantornya, Senin (27/1), pelaksana tugas juru bicara Kementerian Luar Negeri Teuku Faizasyah mengatakan pemerintah Indonesia terus memantau dari dekat perkembangan isu virus corona jenis 2019-NCoV. Berdasarkan informasi dari Kementerian Kesehatan China, kata Faizasyah, hingga 26 Januari pukul 13.48, total pasien tertular virus corona sebanyak 2.792 orang dengan pasien terduga tertular wabah tersebut berjumlah 5.794. Virus corona ini telah mengakibat 80 orang meninggal dan sudah menyebar ke 29 dari 31 provinsi atau kota di China. Pemerintah China telah mengkarantina 15 kota di Provinsi Hubei.
"Jumlah WNI yang tinggal di daerah karantina sebanyak 243. Mayoritas adalah mahasiswa tersebar di Wuhan, Xianning, Huangshi, Jingzhou, Xianyang, Enshi, dan Shiyan. Saat ini, seluruh WNI dalam keadaan baik, sehat dan tidak ada yang terjangkit 2019-NCoV," kata Faizasyah.
Ia menekankan, Kementerian Luar Negeri, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Ibu Kota Beijing, dan Perhimpunan Pelajar Indonesia di China telah membangun jalur komunikasi melalui grup Wechat untk berkomunikasi dan memantau keadaan WNI dan memberi bantuan yang diperlukan.
KBRI Beijing telah mengupayakan bantuan logistik untuk WNI di wilayah karantina. Mereka juga terus berkoordinasi dengan otoritas setempat untuk menyalurkan pasokan logistik.
Pada 26 Januari 2020, Kementerian Luar Negeri, Kementerian Kesehatan, KBRI Beijing, Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Shanghai, KJRI Guangzhou, KJRI Hong Kong, dan KDEI (Kantor dagang dan Ekonomi Indonesia) di Taipei mengadakan telekonferensi video membahas rencana kontigensi dan langkah-langkah koordinasi dengan pemerintah China mengenai opsi yang ada, termasuk evakuasi WNI.
Komunikasi juga dilakukan dengan perwakilan asing di China yang akan mengambil opsi evakuasi warganya.
Faizasyah mengatakan pemerintah meminta WNI di China meningkatkan kehati-hatian dan melakukan langkah pencegahan, menjaga stamina, menjaga kesehatan dan kebersihan lingkungan, menggunakan masker, menghindari keramaian, serta terus berkomunikasi dengan perwakilan Indonesia terdekat. Bagi WNI di wilayah karantina, diminta segera melapor ke KBRI atau secara online melalui portal Peduli WNI.
Pemerintah juga mengimbau WNI agar sementara mempertimbangkan kembali rencana perjalanan ke China serta bijak dalam menyaring dan menyikapi informasi yang beredar terkait wabah virus corona.
Pada kesempatan tersebut, Sekretaris Direktorat Jenderal Pencegahan dan pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Achmad Yurianto mengakui penyebaran virus corona jenis 2019-NCoV perlu mendapat perhatian khusus namun belum menjadi ancaman hingga tahap keadaan darurat yang membutuhkan perhatian seluruh dunia.
Sesuai rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), China telah mengisolasi Wuhan dan daerah sekitarnya. Saat ini, sudah 17 kota dengan 50 juta penduduk yang dikarantina. China diminta memindai secara ketat semua pergerakan orang, warga setempat atau warga asing, yang akan keluar dari negara Tirai Bambu itu. Langkah pemeriksaan kesehatan untuk memastikan tidak ada pengidap virus corona keluar dari China.
WHO juga meminta semua negara mengawasi secara ketat pergerakan orang dari China yang akan memasuki negaranya. Karena itu, Kementerian Kesehatan menerapkan dua strategi untuk mencegah pengidap virus corona memasuki wilayah Indonesia, yakni menguatkan kembali cegah tangkal dan memberdayakan masyarakat di dalam negeri.
"Seluruh bandara, seluruh pintu masuk negara, secara standar sudah memiliki SOP terkait penyakit dan ini merupakan standar kapasitas setiap bandara, apalagi yang internasional, harus diaktif kembali. Mekanisme yang kita lakukan adalah berkoordinasi dan bekerjasama dengan otoritas bandara dan seluruh pemangku kepentingan, termasuk maskapai," ujar Yurianto.
Yurianto menambahkan semua maskapai dari China menuju Indonesia wajib menyampaikan mengenai virus corona kepada semua penumpang. Kemudian, saat penerbangan, pilot wajib melapor ke pihak ATC bandara tujuan kalau ada penumpang sakit. Begitu mendarat, pejabat karantina memeriksa apakah ada penumpang yang sakit.
Jika tidak ada penumpang sakit, kru pesawat harus membagikan kartu kewaspadaan kesehatan. Dalam kartu disebutkan, bila setelah 14 hari tiba di Indonesia, penumpang yang bersangkutan sakit atau merasakan gejala influenza maka diimbau ke rumah sakit dan menunjukkan kartu kewaspadaan kesehatan tersebut.
Menurut Yurianto, Kementerian Kesehatan telah menyediakan 195 pemindai suhu tubuh di 135 pintu masuk yang menjadi akses penumpang dari China, mencakup Jakarta, Tangerang, Bandar Lampung, Padang, Tarakan, Balikpapan, Manokwari, Sampit, Bandung, Jambi, Tanjung Balai karimun, Samarinda, Palembang, Tanjung Pinang, Denpasar, Surabaya, Batam, Bitung, dan Manado.
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Anung Sugihantono mengatakan hingga saat ini belum ada masyarakat Indonesia yang positif terjangkit virus corona. Meskipun demikian, Kementerian Kesehatan mencatat 13 orang tengah diobservasi karena diduga mengidap gejala-gejala tertentu mengarah ke virus corona. Orang itu menunjukkan gejala batuk pilek, mempunyai riwayat ke Wuhan dan pernah melakukan konrak langsung dengan orang yang sedang sakit.
Ke 13 orang itu berasal dari Jakarta, Banten dan Bali. Sebelas dari 13 orang itu sudah selesai diobservasi dan dinyatakan negatif virus corona. Sedangkan dua lainnya masih dalam penanganan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan.
Anung juga mengimbau masyarakat agar tetap waspada dan menjalani hidup sehat.
Sejauh ini virus corona jenis 2019-NCoV sudah menyebar ke 15 negara antara lain Jepang, Singapura, Malaysia, Korea Selatan, Taiwan, Thailand, Amerika, Vietnam, Nepal, dan Australia. [fw/ka]