Anjar Ismiyati, perawat di Rumah Sakit Umum Pusat Dr Sardjito Yogyakarta mengenakan pakaian lengkap di tengah tugasnya. Bukan seperti hari biasa, pakaian ini adalah Alat Pelindung Diri (APD) yang menjadi bagian dari prosedur menghadapi penyakit tertentu.
“Alat Pelindung Diri ini lengkap, dari penutup rambut, kacamata goggle, masker standar khusus sampai sepatu. Kami sudah siap, dan semua telah memahami yang harus dilakukan. Jadi, masyarakat tidak perlu khawatir,” pesan Anjar.
Baru sepekan yang lalu, perawat seperti Anjar, karyawan dan tenaga medis di RSUP dr Sardjito mengikuti simulasi. Kali ini, simulasi dilakukan untuk menghadapi airborne disease atau penyakit yang ditularkan melalui udara. Kabar yang menyatakan bahwa virus coronamulai menyebar ke berbagai kawasan, menjadi perhatian khusus bagi RSUP Dr Sardjito.
Kasubag Hukum dan Humas RSUP Dr Sardjito, Banu Hermawan menjelaskan, simulasi itu adalah bentuk antisipasi. Prinsipnya, rumah sakit ini telah siap menghadapi ancaman virus corona, dan memiliki kecakapan serta pengalaman cukup terkait penyakit sejenis, yang muncul sebelumnya.
“Kementerian Kesehatan sudah memberikan peningkatan kewaspadaan. Lini pertama yang dipakai adalah KKP, kantor pelabuhan. Jadi misalnya di bandara, di dermaga, di pintu-pintu masuk. Bagaimana dengan rumah sakit? Sebelum kasus ini muncul, Sardjito sudah antisipasi itu. Sehingga kita lakukan simulasi, supaya kalau memang betul-betul ditemukan di sini, kita sudah siap betul,” kata Banu.
RSUP Dr Sardjito sebagai rumah sakit rujukan nasional telah memiliki pengalaman dalam penanganan kasus SARS pada 2013. Jika benar-benar terjadi kasus virus corona, tenaga parkir, perawat, bagian obat bahkan sampai direktur rumah sakit telah tahu apa yang harus dilakukan. Banu mengatakan, mereka sudah memiliki 87 ruangan khusus yang disiapkan terkait serangan virus semacam ini. Ruangan khusus dengan tekanan negatif, di mana udara terpompa keluar dan mampu menyedot virus, selalu disiagakan.
Hari Rabu pagi, di Yogyakarta tersebar berita bohong, bahwa telah ada dua perawat di RSUP Dr Sardjito terserang virus corona. Berita bohong itu menyebar cepat melalui aplikasi percakapan. Banu memastikan kabar itu tidak benar.
Di sisi lain, kabar yang menyebar itu membuktikan bahwa masyarakat mulai memberi perhatian terhadap penyebaran virus corona. Apalagi, seperti diberitakan, Amerika Serikat baru saja mengkonfirmasi kasus pertama pada Selasa.
“Masyarakat jangan resah. Kami siap mengantisipasi,” ujar Banu.
Direktur Utama RSUP Dr Sardjito, Dr. dr. Darwito, SH., Sp.B(K) Onk juga memastikan rumah sakit yang dipimpinnya memahami prosedur yang ditetapkan. Apalagi, posisi Yogya sebagai kota tujuan wisata populer, termasuk dari China.
“Sejak mulai transportasi, bahkan dari bandara kita siap. Kita tahu bahwa Yogya adalah kota wisata, kalau terjadi sesuatu di bandara kita siapkan, ambulansnya juga khusus. Sampai ke UGD juga khusus, dengan peralatan maupun SDM-nya. Di ICU juga khusus,” terang Darwito.
Darwito lebih banyak meminta masyarakat bersiap dengan menjaga kesehatan. Menjaga kebersihan, sering mencuci tangan, hidup sehat adalah beberapa kuncinya. Untuk mengurangi potensi penularan, masyarakat juga sebaiknya menghindari daerah-daerah yang sudah dinyatakan memiliki kasus virus corona.
Kementerian Kesehatan menurut Darwito sejauh ini telah mengambil langkah-langkah yang cukup. Tidak perlu panik menghadapi virus corona. Jangan sampai, sedikit-sedikit kasus flu dan sejenisnya lalu dikhawatirkan sebagai suspek virus corona.
Akhir pekan ini masyarakat akan merayakan Tahun Baru Imlek 2571. Perjalanan dari atau ke China, mungkin cukup populer bagi masyarakat, baik dari DIY maupun kota-kota lain di Indonesia. Andreas Dewanto, Kepala Pelayanan Medis IGD RSUP Dr Sardjito menyarankan masyarakat untuk cermat mengambil keputusan terkait sebaran virus coronadan tujuan berlibur.
“Untuk keputusan pribadi individu, jika ingin menunda keberangkatan itu kembali ke masing-masing. Sebaiknya kalau tidak terlalu urgen sekali, kalau sekedar piknik, ya bisa ditunda. Tapi kalau memang untuk urusan penting, tugas pekerjaan, atau kenegaraan, atau lain-lain, ya tetap bisa dilaksanakan,” ujar Andreas.
Dikatakan Andreas, terkait larangan bepergian sebaiknya tetap mengikuti ketentuan resmi pemerintah. Tentu ada kepastian, apakah seseorang boleh bepergian atau masuk ke suatu negara tertentu. Dari sisi tenaga medis, kata Andreas, saran lebih diarahkan dalam menjaga kondisi tubuh ketika akan berangkat, berada di luar negeri, dan ketika pulang.
“Apalagi jika negara itu sudah teridentifikasi menjadi endemi suatu penyakit. Maka apabila timbul gejala penyakit, sesegera mungkin melapor ke petugas yang berwenang,” pesan Andreas. [ns/uh]