Tautan-tautan Akses

Kemenkes dan WHO Serukan Pentingnya Imunisasi Lengkap


Bidan Desa memberikan penyuluhan dan pemberian imunisasi pada bayi. (Foto :VOA/Petrus Riski).
Bidan Desa memberikan penyuluhan dan pemberian imunisasi pada bayi. (Foto :VOA/Petrus Riski).

Kementerian Kesehatan, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan sejumlah pihak terkait lain, mengajak masyarakat menyukseskan Pekan Imunisasi Dunia pada 24-30 April 2020. Program imunisasi disarankan terus dijalankan meski saat ini sedang ada perebakan virus corona.

Kementerian Kesehatan mendorong seluruh daerah, khususnya Puskesmas dan Posyandu, untuk tetap melaksanakan program imunisasi sesuai jadwal meskipun sedang ada perebakan virus corona. Direktur Surveilans dan Karantina Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI, Vensya Sitohang, mengungkap pentingnya imunisasi.

“Imunisasi itu merupakan upaya untuk memberikan kekebalan atau imunitas yang spesifik terhadap PD3I (penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi) pada anak, maka harapannya imunisasi itu tidak boleh berhenti, tidak boleh dihentikan, karena ada jadwalnya. Kami sangat optimistis, walau di tengah pandemi COVID-19 ini, dengan memperhatikan prinsip pencegahan dan pengendalian infeksi, pelayanan imunisasi ini bisa tetap berjalan,” kata Vensya Sitohang.

Di Indonesia masih cukup banyak anak yang belum menerima imunisasi lengkap, sehingga mereka berpeluang terkena penyakit berbahaya. Vensya mengajak seluruh petugas dan kader imunisasi memaksimalkan upaya pencapaian target imunisasi melalui pendataan dan analisa penolakan masyarakat terhadap imunisasi.

“Apa sih alasan utama dari keraguan masyarakat untuk mendapatkan imunisasi. Secara global ada agama, ada miskomunikasi, ada karena pengetahuan, benarkah ini? ini secara global. Tentu seperti apa alasan lokalnya, tentu ada kekhasan masing-masing, mari kita lihat. Karena kalau kita tidak punya data yang benar tentang penyebab keraguan imunisasi, maka strategi yang dilakukan untuk menjangkau anak yang tidak diimunisasi itu, tidak tepat,” kata Vensya Sitohang.

Staf Pengajar Divisi Infeksi dan Pediatri Tropis, Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM, Sri Rezeki Syaraswati Hadinegoro, menekankan pentingnya pemberian imunisasi lengkap pada anak, khususnya sampai usia 12 bulan. Imunisasi lengkap, katanya,penting untuk memastikan daya tahan tubuh anak terhadap berbagai penyakit, seperti polio dan campak.

Sri Rezeki yang juga menjabat sebagai Ketua ITAGI (Indonesian Technical Advisory Group on Immunization), mengatakan,vaksin influenza dapat diberikan pada anak untuk mencegah penyakit influenza,di tengah pandemi corona. Apalagi diketahui bahwa 170 ODP (orang dalam pemantauan) dan PDP (pasien dalam pengawasan) di Jakarta merupakan balita.

Pemberian Imunisasi pada anak balita di Surabaya (foto: VOA/Petrus Riski)
Pemberian Imunisasi pada anak balita di Surabaya (foto: VOA/Petrus Riski)

“Influenza itu vaksinnya kan, isinya adalah virus influenza, jadi virusnya bukan virus COVID ya, ini virus influenza dari strain (tipe) A dan strain B, jadi di dalam hal ini karena gejala awal antara COVID dan influenza itu mirip-mirip, maka lebih baik diberikan saja yang untuk influenza, selain memang ada manfaatnya,” jelasnya.

Perwakilan WHO Indonesia, Vinod Bura, mengungkapkan masih banyaknya anak di dunia yang tidak mendapatkan imunisasi lengkap, dan bahkanimunisasi sama sekali. Dari hampir 20 juta anak di seluruh dunia yang tidak mendapat imunisasi rutin, 60 persen di antaranya terkonsentrasi di 10 negara, yakniAngola, Brazil, Kongo, Ethiopia, India, Indonesia, Nigeria, Pakistan, Filipina, dan Vietnam.

“Di tahun 2018, diperkirakan sekitar 19,4 juta anak di dunia tidak mendapatkan imunisasi rutin, contohnya 3 dosis vaksin DPT (difteri, pertusis, dan tetanus, red) . Dari jumlah itu, 60 persennya adalah anak-anak yang tinggal di 10 negara, termasuk Indonesia,” jelasnya. [pr/ab]

Recommended

XS
SM
MD
LG