Dalam pidato kenegaraannya Selasa (5/2) malam, Presiden Donald Trump berbicara tentang usaha mengakhiri berbagai perang di mana tentara Amerika telah terlibat selama bertahun-tahun, dan mencegah apa yang dianggapnya sebagai konflik di masa depan.
Kata Presiden Trump, perang di Afghanistan dan Irak sejak tahun 2001 telah mengakibatkan banyak korban jiwa dan beaya. Setelah berperang sekian lama di Afghanistan, kini tiba saatnya “kita usahakan perdamaian,” kata Trump, karena katanya Taliban juga menghendaki hal yang sama.
“Tentara kita yang gagah berani telah bertempur di Timur Tengah hampir 19 tahun. Di Afghanistan dan Irak, hampir 7.000 orang tentara Amerika tewas dan lebih dari 52.000 cedera berat. Kita telah menghabiskan lebih dari tujuh trilyun dollar dalam berbagai perang di Timur Tengah. Sebagai calon presiden dulu, saya telah berjanji akan menjalankan cara pendekatan yang baru, karena sebagai negara yang besar kita tidak perlu terlibat perang yang berkepanjangan.”
Trump mengatakan ia juga telah memerintahkan penarikan pasukan Amerika dari Suriah, dimana mereka berusaha mengenyahkan kelompok ISIS yang merebut banyak kawasan luas di Irak bagian utara dan Suriah bagian timur tahun 2014.
“Kini kita telah membebaskan praktis seluruh kawasan yang tadinya dikuasai oleh monster-monsteryang haus darah itu. Sambil kita bekerja sama dengan para mitra untuk menghancurkan sisa-sisa ISIS, sudah tiba saatnya kita menyambut dengan hangat kepulangan tentara kita yang telah berjuang dengan gagah berani di Suriah,” tandasnya.
Setelah mengadakan pertemuan puncak bulan Juni tahun lalu dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un, Trump juga mengumumkan bahwa ia akan bertemu lagi dengan Kim akhir bulan ini di Vietnam.
Trump juga merinci daftar apa yang disebutnya sebagai sukses dalam menjalankan diplomasi “baru dan berani” dalam hubungan dengan Korea Utara, termasuk dikembalikannya sandera-sandera Amerika, dan dihentikannya percobaan nuklir dan peluncuran rudal. Trump bahkan mengklaim kalau sekiranya ia tidak terpilih menjadi presiden, pastilah Amerika dan Korea Utara sudah terlibat perang.
Tentang Iran, Trump terus menggunakan retorika yang keras, konsisten dengan pandangannya sebelum menjadi presiden, ketika ia sangat mengecam perjanjian nuklir dengan Iran dengan imbalan dihentikannya sanksi-sanksi Amerika.
Tahun lalu Amerika menarik diri dari perjanjian itu, walaupun Inggris, China, Perancis, Russia dan Jerman terus menjalankan syarat-syarat perjanjian itu, dan badan pemantau senjata nuklir PBB mengatakan Iran masih terus mematuhi perjanjian nuklir itu. (ii)